Derum motor Gara berhenti di depan rumah Luna. Dengan perlahan Luna turun dari motor Gara. Setelah Luna turun, Gara ikut turun dari motor.
"Lo kenapa ikutan turun?" tanya Luna.
"Mau numpang makan." Gara masuk lebih dulu layaknya tuan rumah.
Rahang Luna mengeras. Ia memegang lututnya sambil berjalan masuk ke dalam. "Anak an-"
"Halo tante," sapa Gara.
"Eh, ada Gara."
"Sok manis," cibir Luna. Gara memeletkan lidahnya ke arah Luna.
Ersa melihat anak gadisnya yang berjalan terpincang-pincang. "Kaki kamu kenapa?"
Luna mendaratkan bokongnya di sofa sambil memasang wajah cemberut. "Gara-gara Gara nih."
Mata Gara langsung membulat. Ia tidak terima dituduh seperti itu oleh Luna. "Enggak ada, Tante. Jangan nuduh-nuduh lo, dosa. Orang lo jatoh sendiri gara-gara tali sepatu."
"Gak ada, Ma. Gara bohong," ucap Luna membela diri.
"Playing victim lo!" seru Gara.
Mendengar jawaban Gara, Luna memasang wajah sedih sambil meratapi lututnya yang lecet. "Ngaku lo, Gar."
"Gara, kamu udah makan?"
"Belum tante."
Ersa menggerakkan tangannya, meminta Gara ke meja makan. "Sini makan."
Raut wajah Luna berubah. Ia menatap mamanya yang sedang sibuk menyiapkan makanan. "Lah, aku gimana?"
"Obatin sendiri," sahut Ersa.
Mulut Luna menganga. Apakah sekarang perannya adalah anak tiri, sedangkan Gara anak kandung? Ini membuatnya ingin gila.
"Heh lo, Gar! Abis makan, pulang!" titah Luna sambil berjalan mengambil kotak P3K.
Ersa menegur Luna yang kasar kepada Gara. "Luna."
"Gapapa, Tan. Udah biasa digituin sama Luna." Gara melirik Luna sambil mengedipkan sebelah matanya.
Luna menatap Gara dengan kesal. Ingin sekali dirinya melempar kepala Gara dengan kotak P3K di tangannya. Menyebalkan sekali.
Pada akhirnya Luna mengobati lukanya sendiri. Ia pikir tadi Gara atau mungkin mamanya akan merasa kasian, tapi sama sekali tidak. Mengapa keluarganya berbeda?
Luna meletakkan kotak P3K di sofa lalu naik ke atas. Gara dan Ersa melihat Luna naik ke atas dengan wajah kesal.
"Kayaknya Luna marah beneran, Tan," ujar Gara.
Ersa mengangguk setuju. "Gapapa. Nanti kamu bawain aja makanan ke kamarnya."
"Oke, Tan."
Dua puluh menit kemudian, Gara sudah menghabiskan makanannya. Ia mengelap mulutnya dengan tisu. "Makasih, Tan."
Ersa tersenyum. "Iya. Kamu tolong bawain ini ke atas ya." Ersa sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk Luna.
"Siap, Tan." Tanpa basa-basi, Gara naik ke atas. Ia mengetuk pintu kamar Luna. "Lun."
Tidak ada jawaban.
Gara membuka pintu dengan perlahan dan mengintip. Luna sedang berbaring dengan seragam yang belum diganti.
Gara masuk ke kamar Luna. Ia meletakkan piring dan gelas di atas nakas. Matanya mengintip Luna yang berbaring membelakangi dirinya.
"Hm, tidur?" Melihat Luna yang tidur, Gara memilih membiarkannya. Tanpa sengaja dirinya melihat rok Luna yang terangkat. Ia kemudian menutupinya dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGARA
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI SABTU] Seperti yang banyak orang katakan bahwa tidak ada pertemanan murni antara perempuan dan laki-laki. 2 tahun bersahabat dengan Gara, Luna mulai merasakan ada yang berbeda dengan dirinya ketika bersama Gara. Namun, mungkinka...