21. Sakit

905 48 33
                                    

Mata Monica mengitari sekelilingnya. Ini club yang sama saat ia bertemu dengan Vano untuk pertama kalinya.

Vano menggenggam tangan Monica, membawa gadis itu masuk ke dalam. Dentuman musik yang sangat keras langsung terdengar. Monica merasa tidak nyaman karena di sini sangat berisik.

Saat sedang berjalan masuk, di sisi kiri Vano ada seorang wanita yang menatap Vano dengan tatapan menggoda.

Wanita tersebut menggunakan gaun pendek dengan belahan dada yang sangat rendah. Tangannya memegang segelas minuman beralkohol.

Wanita itu menyentuh lengan kiri Vano. Vano mengedipkan sebelah matanya. Tangan wanita itu terlepas karena Vano berjalan melewatinya.

"Lo duduk aja dulu," suruh Vano lalu pergi ke arah bar.

Monica menurut, meski sebenarnya ia merasa tidak nyaman. Namun, ia tetap duduk sendiri sembari menunggu Vano.

Kepala Vano bergerak ke sana kemari, mencari keberadaan seseorang. Vano tidak melihat adanya Deana. Apakah gadis itu sudah tidak bekerja di sini lagi?

Vano terkekeh pelan. Entah apa yang membuat Deana berubah pikiran saat itu. "Vodka 1 shot," ucap Vano pada bartender di depannya.

"Oke."

Sembari menunggu, Vano memandangi wanita tadi yang berada 5 meter di samping kanannya. Ia tersenyum miring. Wanita itu memainkan lidahnya, menggoda Vano.

Vano mulai terpancing. Ia berdiri dari bangkunya dan berjalan mendekati wanita itu, namun tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang. "Woi, Van."

Vano menoleh. Ia tertawa pelan melihat siapa orang yang menepuk bahunya. "Kayak gak ada kehidupan lo semua ke sini tiap hari."

"Iya dah yang udah punya pacar," sahut Ali.

Seorang bartender menyodorkan minuman pesanan Vano. "Ini, Mas."

Vano menerima gelas yang diberikan padanya. Namun, ia tidak langsung meminum. "Siapa?" tanya Vano.

Alis Ali menyatu. "Lah, itu." Ali menunjuk ke arah Monica yang sedang duduk.

"Bukan pacar." Vano menghabiskan minumannya dalam satu tegukan, lalu kembali meminta 1 shot vodka.

"Terus apaan dong?" Kini Ezra yang berbicara.

"Partner in the bed," jawab Vano, santai.

"WHOA! Emang gila lo!" heboh Rendy.

Mereka semua bersorak sambil menggelengkan kepala, tidak percaya dengan jawaban Vano.

"Gak gila, bukan Vano," cetus Kenzo.

Ezra dan Rendy mengangguk. "Bener."

"Itu cewek yang lo temuin waktu itu kan? Berarti lo udah lumayan lama dong sama dia. Lo gak bosan apa sama dia? Anaknya cantik sih, tapi agak tepos." Ezra melemparkan banyak pertanyaan pada Vano.

"Keliatannya aja tepos. Tapi kalau udah di ranjang, ya boleh lah," jawab Vano. Ia mengambil gelas yang sudah diisi vodka lagi oleh bartender.

Ezra tertawa dengan keras. "Sialan emang."

"Ayok dah ke sana. Kasian partner in the bed lo sendirian," ucap Ali diakhiri dengan tawa. Bisa-bisanya ia punya teman seberengsek Vano.

Mereka berjalan ke tempat Monica, namun Vano masih sempat mencuri-curi pandang ke wanita dengan gaun pendek merah yang terlihat sangat seksi di matanya.

Ezra lebih dulu menyapa Monica. Ia melambaikan tangannya sembari tersenyum. "Hai ...." Ucapannya menggantung.

"Namanya siapa, Van?" bisik Ezra pada Vano.

ALGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang