6. First Date

1.1K 71 49
                                    

Pakaian berserakan di mana-mana. Kamar Luna sudah bagaikan kapal titanic yang tenggelam. "Pusing deh gue gak ada baju satupun yang cocok," keluh Luna.

Ceklek!

"Astaga, Lun. Ngapa kamar lo begini modelnya?" tanya Arsen.

Arsen menggeleng-gelengkan kepalanya, sedangkan Luna masih pusing karena tidak kunjung menemukan baju yang akan ia pakai.

"Bang, bantuin gue cariin baju yang bagus dong."

Arsen memungut kaos berwarna putih yang kebetulan berada di dekat kakinya. "Ini bagus."

"Itu mah tiap hari gue pake, bosen," sebal Luna.

"Dih, kok malah marah-marah sih lo? Katanya minta dicariin baju yang bagus, ini bagus. Emang lo mau ke mana sih nyari baju yang bagus-bagus? Lo biasa juga nyolong baju gue."

Luna menatap Arsen sinis. "Diem lo."

Arsen mengambil charger putih Luna yang menjadi tujuannya datang kemari. Namun, ia melihat ada satu dress yang tampaknya oke juga. "Itu oke juga yang pink." Jarinya menunjuk ke dress yang menggantung di lemari.

Luna mengeluarkan dress yang dimaksud Arsen. Ia memperhatikan dengan baik. "Ini mah buat ke kondangan."

Arsen menjitak dahi Luna karena kesal. "Makanya lo tuh bilang mau ke mana. Kalau lo gak ngasi tau, gimana caranya gue bantu nyari."

Luna mengusap-usap dahinya. Ada benarnya juga. "Gue mau ngedate."

"Sama siapa? Gara?"

"Bukan. Mustahil kalau Gara ngajak gue ngedate," sahut Luna.

Alis Arsen terangkat. "Terus siapa?"

"Kepo!"

Arsen cukup penasaran karena Luna tidak mau menyebutkan siapa orang yang dimaksud. Setaunya, Luna hanya dekat dengan Gara. Jadi, kalau bukan Gara, lantas siapa? Reza? Tidak mungkin.

"Ayo Bang, bantuin. Nanti gue telat," desak Luna. Tersisa 3 jam lagi hingga waktunya tiba. Ia harus terlihat perfect.

"Kasih tau dulu, baru gue pilih yang mana."

"Kalau gitu gak usah. Mending lo bantu gue lipat ini baju-baju gue." Luna melempar sembarang bajunya ke arah Arsen.

"Yang ini." Arsen memungut baju berwarna cokelat muda yang tampak lumayan di matanya.

Luna menoleh sekilas, kemudian kembali menatap isi lemarinya. "Jelek!" komentarnya.

"Gak tau style lo! Ini baju cakep. Lonya aja yang jelek, jadi pakai baju apa pun tetep jelek," ucap Arsen.

"Abang sialan!"

Luna terduduk di lantai sambil menggoyang-goyangkan kakinya. "Kenapa gak ada baju bagus sih di lemari gue?!"

Arsen melempar baju yang ada di tangannya ke kepala Luna. "Baju lo udah bisa buat buka toko. Cobain deh baju itu sama celana yang warna kalem. Style gue gak pernah jelek," ucapnya kemudian keluar.

Luna mengambil baju yang ada di kepalanya. Apakah ide yang bagus mengikuti saran abangnya? Bukankah terlalu biasa jika hanya menggunakan baju ini?

"Bawa gue ke rumah sakit jiwa sekarang."

-algara-

Vano sudah berada di depan rumah Luna. Ia mengenakan turtle neck hitam dengan luaran jaket kulit berwarna senada, ditambah sebuah aksesoris di lehernya.

ALGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang