28. Kamera

651 40 48
                                    

Luna melangkah ke depan rumahnya, ingin mengambil sesuatu di motor Gara. Ia agak ngeri  melihat kondisi motor Gara sekarang. Sisi motor kiri lecet parah dengan kaca spion yang patah.

Apakah ini yang Gara sebut biasa?

Karena tidak ingin melihat lebih lama lagi, Luna mengambil paper bag yang tergantung di motor Gara lalu kembali ke belakang.

Luna mengintip isi kado tersebut. Ia penasaran dengan apa yang Gara berikan untuknya. "Isinya apa, Gar?" tanya Luna sambil duduk di kursi.

"Buka aja," suruh Gara.

Di dalam paper bag terdapat 3 kotak. Luna mengambil secara acak. Ia mendekatkan kotak persegi panjang itu ke telinga lalu menggoyangnya dengan pelan. "Parfum ya?" tebak Luna.

Gara mengangkat bahunya, seolah tidak tahu apa isinya. Luna semakin penasaran. Kalau bukan parfum, lantas apa?

Luna membuka bungkus dari kotak persegi panjang tersebut. Mulutnya terbuka, takjub. "Gar?"

"Kamera?" Senyum Luna terlihat sangat lebar. Luna langsung mencoba untuk menggunakan, tapi ia tidak mengerti bagaimana caranya.

"Ini gimana cara pakainya?" tanya Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini gimana cara pakainya?" tanya Luna. Masalahnya ini bukan kamera biasa, melainkan analog.

Gara memberi tahu Luna cara memakai kamera tersebut. Dari rumah ia sudah memasukkan roll film, jadi Luna tinggal jepret-jepret saja.

"Oke, berarti tinggal pencet ini doang kan?" Luna mengarahkan kamera di tangannya ke arah Gara dan menjepret.

"Gimana cara liat hasilnya?" tanya Luna.

"Gak bisa diliat sekarang. Lo jepret-jepret aja dulu, tapi jangan maruk, ntar roll film-nya habis," ujar Gara.

Luna mengangguk paham. Ia menyodorkan kamera kepada Gara. "Fotoin."

Luna tersenyum dengan lebar hingga deretan gigi rapinya terlihat. Gara mengatur sebentar agar kameranya lebih fokus lalu menjepret. Ia diam-diam tersenyum.

Mata Luna memicing. "Kenapa lo senyum-senyum?"

"Gak ada," sahut Gara.

"Awas lo ya fotonya gak bener," ancam Luna.

Luna mengambil beberapa jepretan sekelilingnya lalu mengajak Gara berfoto. "Pegang." Ia menyodorkan kamera pada Gara.

Gara menerima dengan senang hati. Ia memegang kamera secara terbalik. Luna meletakkan kepalanya di bahu Gara kemudian tersenyum.

Cekrek!

"Udah," ucap Gara. Ia hanya menjepret dengan instingnya, jadi ia tidak tahu hasilnya bagus atau tidak.

Luna mengambil alih lagi kameranya. Sekarang ia akan lanjut membuka kado yang berikutnya. Kotak ini sedikit lebih besar ketimbang yang tadi.

Tangan Luna mulai membuka pembungkus kado. Saat sudah terbuka setengah, Luna melebarkan matanya.

ALGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang