Our Family-Newcomer

1.8K 43 2
                                    

Udara malam itu terasa mulai menusuk hingga ke tulang. Angin berhembus kencang, menimbulkan suara gesekan dedaunan dari pepohonan besar yang mengelilingi gedung rumah sakit tersebut.

Malam pun semakin larut, ketika butiran salju itu mulai turun dan menyelimuti daerah sekitarnya.

Dari dalam sebuah ruangan nampak Selena yang tengah memegangi perutnya yang telah membesar dengan wajah seperti tengah menahan nyeri yang teramat sangat. Disisinya adapun Jeremiah yang dengan setia menemani sang istri, dengan rona wajah yang dipenuhi kekhawatiran.

Pria itu kembali menghembuskan nafasnya kasar, kepanikan perlahan mulai menyergap. Tak sabar, ia pun hendak segera memanggil bantuan agar perawat bisa menangani Selena saat ini juga.

"Sayang, aku tidak bisa melihat mu menderita seperti ini, jadi biarkan para perawat itu datang dan memeriksa kondisi mu dan juga bayi dalam kandungan mu itu, Karena mungkin sudah tiba saatnya untuk kau melakukan persalinan", ucap pria itu frustasi, saat melihat Selena yang terus saja berdesis menahan nyeri dan mulas karena kontraksi yang dialaminya.

Wanita itu hanya bisa menggeleng pelan, lalu beralaih untuk menahan lengan suaminya yang hendak memanggil para perawat dengan tombol bantuan yang ada di sisi ranjang rawat miliknya.

"Tenang Jemy, Mereka hanya sedang sangat aktif. Kini belum waktunya, jadi bersabarlah hemm.... Jika tiba waktunya aku pasti akan tau dan langsung memanggil bantuan, ok?" ucap Selena dengan senyum yang terlihat begitu dipaksakan.

Ia pun kini cemas, karena tingkat kontraksi yang diterimanya sejak sore semakin meningkat, bahkan bertambah berkali-kali lipat dari biasanya. Sungguh pengalaman pertama yang baru ia dapatkan dari kehamilan ke duanya ini.

Berbeda saat dahulu ia mengandung Aiden, rasanya itu lebih tenang dan tanpa kontraksi parah atau sebagainya. Membuatnya dapat melahirkan dengan normal dan kembali pulih dengan cepat.

Tidak yang seperti saat ini. Sedikit kesulitan, Selena bahkan sudah sangat sulit berjalan di umur kehamilan tujuh bulan. Kakinya membangkak dan berat badannya meningkat pesat, hingga menyebabkan dirinya sulit bergerak ataupun beraktifitas.

"Sunggung Selena, aku rasanya mulai gila melihat mu kesakitan seperti ini. Dengar, jangan memaksakan diri mu. Jika sudah tak tertahankan kau harus segera memanggil dokter. Biarkan mereka yang memutuskan agar dirimu melahirkan secara normal ataupun cesar." ucap Jeremiah yang merasa kalut karena melihat wajah Selena yang semakin pucat pasih.

Tak sabar. Bahkan ia yang tak merasakan nya secara langsung saja terasa ini begitu menyakitkan. Bagaimana tidak, wanita itu bahkan sudah merasakan kontraksi sejak sore tadi. Tak berhenti, kontraksi yang dirasakannya pun semakin meningkat intensitasnya.

Beberapa kali perawat pun telah datang menyambangi kamar rawat tersebut. Memeriksa kondisi Selena dan menyatakan bahwa wanita itu masih menunggu pembukaan ke sepuluh. Namun rasanya pembukaan tersebut memakan waktu yang lama dan lambat, sehingga Selena harus terus bertahan menahan sakit hingga pembukaannya telah terbuka lebar, menandakan waktu kelahiran yang telah tiba.

"Ia Jemy, aku janji jika sudah tak kuat aku akan menuruti apapun rekomendasi yang dokter berikan. Jadi bersabarlah sedikit lagi, karena aku yakin dalam beberapa waktu kedepan aku akan siap untuk melakukan proses persalinan. Dan maaf, karena semua ini kau jadi panik dan juga khawatir pada kami."

Selena berucap pelan, tangannya yang sedari tadi mengelus bagian perutnya kini beralih dengan menggenggam erat jemari suaminya itu. Dengan wajah menyesal ia coba untuk menenangkan perasaan suaminya yang pasti tengah kacau tak karuan.

Jeremian mulai mengatur nafasnya, sambil sesekali menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba menenangkan dirinya. Ia mengecup punggung tangan Selena, lalu satu tangannya lagi merengkuh wajah wanita itu lalu di kecupnya kening Selena singkat.

Forbidden Taste [𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang