Aku kembali ke kelas, dan benar saja pelajaran sudah di mulai, namun tak ada guru, aku rasa sekarang jam kosong. Saat aku duduk di bangku, Neris langsung menanyakan keadaanku.
"Lu ga apa-apa? Tadi kenapa langsung pergi? Tau gak? Gua yang bersihin pecahan itu loh, lu...."
"Syut," ucapku setelah menukas perkataan Neris dengan menempelkan telunjuk ku di bibirnya.
"Maaf, ya," kataku, tak enak hati karena sudah membiarkan Neris membersihkan pecahan mangkuk itu sendirian tadi.
"Hmm, ga masalah. Tadi lu emang ke mana?" tanyanya.
"Ke rooftop," jawabku, dan Neris hanya mengangguk.
Setelah itu aku lihat Neris membuka buku novelnya lalu membaca, aku yang tak ingin mengganggu hanya ikut membuka buku kosong lalu ku coret-coret dengan pulpen hitamku sekadar menghilangkan rasa bosan.
"Mau baca?" tawar Neris.
Aku hanya menggeleng dan Neris pun mengangguk lalu melanjutkan aktivitasnya yaitu kembali membaca buku novelnya.
"Eh Gio, tadi ada yang nyariin lo tau," ucap seseorang memberitahu dan aku yang mendengar langsung menoleh ke arah sumber suara serta sang pemilik nama.
Seorang laki-laki yang baru saja masuk ke kelas, setelah melihat wajahnya aku teringat akan seseorang yang tadi ada di rooftop sekolah. Ah aku baru sadar kalau aku sekelas dengannya. Dia yang sepertinya menyadari aku lirik pun langsung menatapku dari jauh, aku pun langsung menoleh ke arah berlawanan.
"Siapa?" tanya laki-laki itu yang ku dengar saat ia mulai duduk di bangkunya.
"Siapa lagi kalo bukan si Rintik," jawabnya, dan aku masih bisa mendengar jelas.
BRAAAAKK!!
Pintu kelas terbuka, menampilkan dua orang laki-laki dengan ekspresi marah di wajahnya.
"Mana yang namanya Syalwa?" tanyanya, dan aku pun langsung menoleh, sebab itu namaku.
Refleks beberapa murid menunjukku, dua orang laki-laki itu pun langsung menghampiriku, aku gelagapan saat jaraknya sudah dekat denganku.
Pandanganku menunduk, tak berani menatap kedua wajah laki-laki yang berada di depanku, aku pun masih dengan posisi duduk, tanganku mulai bergetar dan Neris ia malah ada di pojokan, sembari membaca novel dan telinganya di sumbat oleh earphone, aku rasa Neris tak melihat sekitar sekarang.
Oh aku menyesal mengizinkan Neris duduk di bangku belakang dan menyesal memberikan pinjaman earphone milikku. Ayo Neris tolonglah aku.
"Jadi lo yang namanya Syalwa?" tanya laki-laki itu.
Aku mengangguk dengan pandangan masih menunduk.
BRAK!!
Lagi-lagi, tapi kali ini suara gebrakan meja, salah satu dari kedua itu menggebrak meja hingga membuatku semakin takut, aku menggigit bawah bibir, sesekali meneguk saliva ku susah payah, tenggorokan ku rasanya pun sangat kering.
"Liat baju gua! Liat!" bentaknya dembari menunjuk bajunya, aku melirik sekilas bajunya yang kotor.
"Ini gara-gara lo! lo sengaja numpahin kuah bakso itu ke gua? Hah?" tanyanya dengan nada makin meninggi, dan aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Dan lo tau gua?" tanyanya, salah satu temannya yang sejak tadi baru mendapat giliran bicara.
"Lo sebenernya punya mata ga, si? Nabrak-nabrak orang, heh!"
Tak ada seorangpun yang membantuku, termasuk Neris, Neris terlalu asik dengan buku novelnya.
"Woii!" lagi-lagi laki-laki yang bertanya pertama kali itu menggebrak mejaku, aku justru malah terkejut kaget lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
RandomPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...