Hujan deras mulai mereda, dan matahari mulai memunculkan sinarnya saat hujan sudah menghilang.
"Hai," ucap seseorang menyapa.
Aku yang mendengar pun langsung memberhentikan suapan bakso itu ke dalam mulutku.
Aku menoleh ke arah suara yang baru saja datang.
"Clara!" kompak ketiga laki-laki itu menyebut nama seseorang yang sebelumnya pernah ku dengar.
Kapan? Sepertinya aku lupa.
Gadis yang bernama Clara itu tersenyum manis.
Cantik. Ya, aku akui gadis itu cantik. Kulit putih, rambut hitam panjang sebatas siku, dan lesung pipi yang ada di pipi kanannya membuatnya makin sempurna.
Aah tidak, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Clara duduk di samping Gio, saat itu ia memiringkan kepala nya sedikit ke arah kiri, lalu menatapku.
"Kamu siapa?" tanya Clara.
Aku tersenyum, Clara malah mengulurkan tangannya.
"Clara," ucapnya memperkenalkan diri.
"Alwa," balasku sembari tersenyum tak lupa mengambil uluran tangannya.
"Nama yang cantik," puji Clara.
Clara terlihat seperti bidadari, senyum yang ada di bibirnya tak kunjung pudar, ia cantik dan sepertinya juga baik.
Aku menatap gantian ketiga teman laki-laki ku itu, hingga membuat mereka kebingungan.
Namun, Zeno cepat peka terhadap isyarat itu.
"Ooh, Yo, Clara itu siapa?" tanya Zeno kepada Gio.
Kenapa harus Gio? Padahal tinggal jawab saja oleh Zeno.
Gio tersenyum, lalu menoleh ke samping kiri tepat Clara di sampingnya.
Aku mengambil air minum ku, lalu sambil menunggu jawaban Gio, aku meneguknya.
"Pacar gua lah, masa pacar lu!" Gio membalas pertanyaan Zeno dengan mantap dan dengan senangnya.
"Uhuk." Aku tersedak begitu saja saat jawaban pacar terlontar dari Gio.
"Hati-hati Al minumnya," ucap Zeno memberitahu.
Aku langsung menaruh gelas yang tadi ku teguk air nya, dan tiba-tiba aku merasa aneh dengan perasaan ku.
Perasaan ku seolah tak terima saat Gio mengatakan bahwa Clara adalah pacarnya.
Tidak, aku tidak cemburu, sama sekali tidak.
"Duh, Alwa kenyang, Alwa duluan, ya," pamit ku pada ke empat orang yang kini duduk bersama ku.
"Loh, ga mau lebih lama lagi Al, kita kan belom banyak bercerita, kamu ga mau temenan sama Ara?" ucap sekaligus tanya Clara.
Aku yang baru saja berdiri pun langsung ikut duduk lagi.
"Bukan gitu Ra, kebetulan hari ini ada tugas yang belom Alwa selesain, ga apa-apa kan?" tanyaku pada Clara.
"Oh gitu, yauda ga apa-apa, lekas selesai ya tugasnya," ucap Clara.
"Tugas?" ucap Gio yang aku pun mendengarnya.
"Emang ada tugas Al," tanya Gio saat aku sudah mengambil langkah.
"Ada!"
"Apa?" tanya Gio berteriak, namun aku menulikan pendengaran ku.
Aku bergegas jalan menuju kelas hingga tak sengaja aku menubruk tubuh seseorang.
"M--maaf," ucapku dan mulai melihat siapa yang barusan ku tabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
AcakPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...