Aku masih terus menatap Kharis. Gadis dari temanku kini sedang menahan tangisannya. Bahkan aku? Aku tak percaya ia sejahat itu. Bahkan ia sempat ingin merebut Rey dariku. Katakan saja aku cemburu meski perasanku belum sepenuhnya untuk Rey.
"Kharis pikir, selama Kharis selalu ada buat Kak Rey, itu bisa bikin hati Kak Rey luluh dan akhirnya jatuh cinta sama Kharis. Tapi, Kharis salah."
"Bahkan saat-saat sakit kaya gini. Kak Rey ga pernah sedikitpun buka hatinya buat Kharis."
"Kak Rey selalu bilang. Kak Alwa ga pernah bisa di gantikan. Rasa sayang buat Kak Alwa itu besar."
"Kak Alwa beruntung, Kak Rey sayang banget sama Kakak."
"Kak Alwa," panggil Kharis.
"Maafin aku yaaa."
Kharis memelukku. Aku tak membalas pelukannya. Aku masih belum bisa percaya ini.
"Sekarang, kakak ke ruangan Kak Rey. Kak Rey butuh Kakak."
Aku hanya menatap sekali lagi pada Kharis. Lalu berdiri dan menuju ruangan Rey. Rey sedang tertidur, padahal aku tak lama di ajak ngobrol dengan Kharis. Aku menghampiri Rey dan duduk. Kembali ku raih tangannya mengelusnya dengan lembut.
Aku menidurkan kepalaku di tepi kasur Rey, menunggunya yang masih tertidur. Aku memejamkan mata, dan saat itu aku merasa Rey sudah bangun, namun aku masih sengaja menutup mata.
"Al," panggil Rey. Ia mengelus rambut ku. Aku bisa merasakannya. Dan aku, masih ingin pura-pura tidur.
"Gua sayang banget sama lo. Padahal gua tau, perasaan lo yang tulus itu cuma buat Gio."
"Tapi, selama kita ngejalanin hubungan ini. Gua bener-bener ngerasa bahagia bahkan saat-saat waktu kita lu korbanin buat Gio."
"Gak pernah sedikitpun ada rasa pengen marah sama lo. Jujur, gua sama sekali ga bisa marah sama lo. Gua bener-bener ga bisa."
Bolehkah aku menangis? Rey mengatakan itu dengan lirih, suaranya begitu sangat pelan. Bahkan masuk ke telingaku dengan halus. Kata-katanya mampu membuatku merasa sangat bersalah. Saat aku selalu mengingkari janji, mengecewakan Rey, Rey sama sekali tidak pernah marah. Entah, hati apa yang Tuhan berikan padanya.
"Mungkin setelah ini, gua ga akan minta lo buat mencintai gua lagi. Gua bakal ikhlasin lo buat mencintai Gio, sepenuhnya mencintai dia."
Aku tak kuat. Aku harus membuka mata.
Saat itu, saat tangan Rey sudah menjauh dari kepala ku. Aku terbangun, kepalaku kini menatap Rey. Pipi ku basah, aku tahu air mataku sudah menetes.
Aku menggelengkan kepala berkali-kali. Menjawab tanpa suara, bahwa aku tak ingin mencintai Gio. Tak ingin Rey pergi dari hatiku.
Rey menatapku.
"Alwa gak mau mencinta Gio. Gio gak pernah cinta sama Alwa. Gio ga akan pernah mencintai Alwa," kataku lirih.
"M--maafin Alwa Rey."
"Maaf selama ini Alwa selalu prioritaskan Gio, Alwa...."
Aku tak kuasa menahan tangis. Aku menangis sejadi-jadinya, Rey yang melihatku pun duduk dari posisi tidurnya.
Ia merentang tangan. Aku yang mengerti pun langsung mendekat yang memeluknya.
Aku menangis di pelukan Rey. Rey mengelus rambut ku sebentar. Dan kembali melepaskan pelukannya.
"Gio udah sehat?" tanya Rey membuat ku tak bisa berhenti menangis.
"Jangan nangis. Rey cuma nanya keadaan Gio."
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Dan menangis di sana.
"R--rey, hubungan kita....?"
Kini, aku menyeka air mataku. Dan menatap Rey, menanyakan tentang hubungan kami.
"Rey serahin ke Alwa."
"Rey terlalu baik buat Alwa. Tapi Rey sel...."
"Gua ga pernah minta pasangan gua buat perfect, dia manusia, dia juga punya kekurangan. Begitupun dengan gua. Ga ada yang terlalu baik, gua cuma mau pasangan gua bersyukur memiliki gua. Apa lu bersyukur Al?"
Aku mengangguk mantap dan berkata,"Sangat, sangat bersyukur."
Rey tersenyum. "Gua juga bersyukur," jawab Rey dan lagi-lagi hatiku tercubit.
"Rey ga marah sama Alwa?"
"Marah soal apa? Perasaan lo yang masih tertuju sama Gio? Gua udah bilang, gua gak bisa marah sama lo, Al."
"Reyyyyy," lirihku memanggilnya.
Rey lagi-lagi memelukku. Aku bisa merasakan deru napasnya yang santai. Detak jantungnya berdetak dengan teratur.
"Mau buka lembaran baru? Kita ulang semuanya."
Aku mengangguk di pelukan Rey. Mengiyakannya semuanya.
"Setelah ini Alwa janji akan selalu mencintai Rey," kataku masih di dekapannya.
"Jangan berjanji Al, kita jalanin aja."
Rey melepaskan pelukannya. Kini posisiku berdiri. "Terima kasih Rey, di cintai Rey sama hal nya seperti merasakan cinta Ayah."
End🕊️
Aaaaaaaa😭😭
Belom-belom. Masih ada 1/2 part lagi. Part ini dikit ajee yee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
RandomPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...