46 || 🕊️

23 4 1
                                    

Minggu ini cuacanya cerah seolah mendukung kepergian ku bersama Rey, ya, hari ini Rey akan mengajakku ke suatu tempat yang katanya istimewa.

Namun, sebelum aku pergi. Aku yang lapar pun memasak mie instan karena Ibu tak memasak dan aku yang sedang malas masak juga. Aku membuat dua mangkuk mie instan kuah yang sekarang bumbunya sedang ku gunting.

Setelah itu, mie yang sudah matang pun ku angkat, lalu ku sajikan. Aku segera membawa dua mangkuk mie instan itu ke ruang makan, lalu ku sodorkan satunya untuk Ibu.

"Ini ibu," kataku membuat Ibu mengangguk sambil mengambil mie instan nya.

"Hari ini kamu jadi pergi?" tanya Ibu saat aku sedang menuangkan sambal saus ke dalam mangkuk ku.

"Iya Bu, boleh kan?" kataku sambil bertanya lagi. Semalam Rey sempat menelpon Ibu meminta izin, biasanya untuk izin Rey selalu datang ke rumah tapi untuk malam tadi ia sedang ada acara.

"Boleh kok," balas Ibu membuatku tersenyum.

Tok tok tok

Suara ketukan itu membuat ku menoleh ke arah pintu.

"Siapa ya Bu?" tanyaku, dan Ibu menggeleng.

"Alwa liat dulu, ya," lanjutku yang langsung melangkah ke arah pintu.

Tidak ada ketukan lagi, dan tidak ada salam dari seseorang yang mungkin sedang di luar. Aku membuka pintu hati-hati.

Saat ku buka pintu, aku melihat seseorang sedang menundukkan kepalanya sambil membawa koper besar.

"Gio?"

"Assalamualaikum," kataku.

Laki-laki itu mendongak. Wajahnya begitu terlihat sedih. Ada apa??

"Waalaikum'sallam," lirihnya.

"Gio ken...."

Belum sempat melanjutkan perkataanku, Gio langsung masuk hingga seolah sengaja menubruk tubuhku. Aku hanya memasang wajah kesal, bukankah Gio bisa bilang permisi?

"Ish, sakit tau! Ga liat apa ada orang," sindir ku saat kini aku membuntutinya.

"Gio," panggil Ibu halus. Dan saat itu Gio duduk di kursi yang tadi ku duduki.

Gio menatap Ibu sebentar, lalu memakan mie ku tanpa bertanya kepada sang pemilik.

"Heh, itu punya Alwa," tegur ku dan Gio malah mengabaikannya

"Gio!!" teriakku dan Ibu malah meliriku dengan tatapan yang seolah aku harus diam.

"Alwa."

"Ish," kesalku sambil duduk di kursi sebelah ibu.

"Kamu ada masalah?" tanya Ibu membuat Gio memberhentikan suapannya.

Gio menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Gio boleh kan tinggal di sini buat sementara?" tanya Gio.

"Kamu ada masalah apa sama orang tua kamu?" tanya Ibu lagi.

"Mereka mau jodohin aku Bu sama temen Ayah, aku ga mau, aku ga suka. Aku cuma mau sama Clara!"

Aku menatap Gio, memperhatikan wajahnya yang terlihat tak terima dengan keputusan yang di ambil kedua orang tuanya.

"Karena ga mau, kamu kabur?"

"Engga, aku di usir sama Ayah, dan semua barang yang pernah Ayah kasih ke aku di ambil, termasuk motor yang aku punya," lanjut Gio membuat ku terkejut, begitu sangat tega Ayahnya.

Ibu menghela napas panjang. Lalu berkata, "Yasudah kamu boleh tinggal di sini, tapi kabari Ayah kamu," balas Ibu dan Gio menggeleng.

"Engga Bu, aku gamau Ayah tau aku di sini, Ibu juga jangan kasih tau, ya," ucap Gio membuat Ibu mengangguk terpaksa.

Kisah Syalwa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang