31 || 🕊️

21 2 1
                                    

Aku yang mulai aneh, karena sejak tadi Rey tak bersuara itu pun mulai membuka pembicaraan tanpa meliriknya.

"Rey, Alwa mau ta...."

Aku memberhentikan ucapannya saat aku sudah menoleh pada sebelah kananku, tak ada Rey di sana.

Lalu di mana?

"Rey??!"

"Rey mana?" tanyaku pada diri sendiri

Mataku mulai berkeliling mencari keberadaan Rey yang mendadak hilang.

Tiba-tiba arah mataku kembali ke tempat di mana awalnya Rey berdiri, dan....

"Aaaaaaa!!" teriakku dan refleks memukul wajah Rey.

"Santai dong," balas Rey dengan wajah kesalnya.

"Abisnya Rey dateng nya tiba-tiba, kaya setan!"

"Cowok seganteng gua kaya setan?" tanya Rey.

Aku mantap mengangguk.

"Kayanya setan bakalan Insecure deh kalo di saingan sama gua."

Aku hanya memutar mataku malas.

Saat itu, tangan Rey mengarah kepada kepalaku dan ia memakaikan sebuah bunny hat berkarakter Stitch.

Mataku menoleh ke atas, dan memegang bunny hat yang barusan dipakaikan oleh Rey.

"Nah kan jadi cute," ucap Rey membuat pipiku memerah.

Bisa-bisanya dia.

"Di jaga, ya," ucap Rey dan menepuk pelan kepalaku.

Hujan sudah mereda, aku dan Rey memutuskan untuk pulang, terlebih sekarang sudah jam 09:01.

Saat sudah mendekati rumah, Rey tak ikut mampir, katanya dia harus buru-buru pulang.

"Mau mampir dulu," tawarku dan Rey menggeleng.

"Kapan-kapan deh, udah malem juga, salam ke Ibu lo, ya," jawab Rey yang langsung pergi, namun sebelum itu ia memuji suaraku.

"Suara lo bagus, kapan-kapan kita duet, ya," ucap Rey yang kemudian menyalahkan mesin motornya.

"Hati-hati," ucapku dan membuat laju Rey yang baru pergi mendadak berhenti.

Rey menoleh padaku.

"Hati-hati sama hati, salah letak bisa retak," balas Rey yang kemudian melambaikan tangannya.

Aku tersenyum, sambil sesekali mencerna kata-kata Rey.

Salah letak bisa retak?

Begitukah?

Saat baru satu langkah menginjak lantai, aku dikagetkan oleh seseorang yang sedang duduk di ruang tamu.

"Abis dari mana lo?" tanyanya dengan nada dingin.

"Apa urusannya sama Gio?" Bukannya menjawab, aku malah ikut bertanya.

Aku berniat ingin langsung ke kamar, namun Gio menarik pergelangan tangan ku.

"Abis dari mana?" tanyanya sambil berdiri.

Aku menatap kedua matanya, tatapan yang selama ini belum pernah ku dapatkan.

Apa Gio sedang marah? Lalu ingin meluapkan kemarahannya denganku?

Kisah Syalwa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang