26 || 🕊️

20 4 2
                                    

"Sedikit lagi Al, sedikit lagi," kataku saat beberapa langkah lagi aku sampai ke perpustakaan.

Tapi nahas!

Aku di tabrak oleh seseorang.

Bruuuk!!

Buku ku berserakan tepat dua langkah lagi aku sampai di perpustakaan.

"Lo ga apa-apa kan?" tanya seseorang saat aku mulai mengumpulkan buku-buku itu.

Aku yang berjongkok pun menoleh ke arahnya yang sedang membantuku membereskan buku juga.

"Eh elu, Sya, dikira siapa. Maaf, ya," ucap Reyhan meminta maaf, dan aku membalasnya dengan anggukan.

"Gua bantu bawa," ucap Reyhan lagi saat aku hendak mengambil alih buku yang sebagian Rey pegang.

"Makasih," balasku sembari tersenyum.

Aku dan Reyhan pun masuk ke dalam perpustakaan dan menyusun buku itu dengan rapi.

Saat detik-detik di parkiran motor Reyhan membuka pembicaraan.

"Mau gak anter gua ke makam Neris?" ucapnya membuatku menatap wajah Rey sebentar.

"Rey kenal Neris?" tanyaku, Rey hanya mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Oh yauda, tapi bentar ya, Alwa kabarin ibu dulu," kataku dan langsung mengambil ponsel di saku bajuku. Setelah itu aku mengirim pesan kepada Ibu.

Ibu, Alwa pulang agak telat, mau anter temen dulu, ya.

"Yuk," ajakku saat sudah mengirim pesan kepada Ibu.

Aku menaiki motor Reyhan saat Reyhan sudah siap melaju. Tak ada percakapan antara kami, hingga kami berhenti di salah satu toko bunga.

"Gua beli bunga dulu, ya," ucap Rey turun dari motornya sedangkan aku masih duduk manis dan mengangguk sebagai jawaban.

"Udah?"

"Udah nih, tolong pegangin, ya," balas Rey sembari memberikan dua tangkai bunga mawar merah kepadaku.

Akhirnya aku dan Rey sampai di TPU, kami pun langsung menuju pusara Neris.

Pusaranya masih sama, tanah merah bertabur bunga warna-warni, semoga Neris bahagia atas kedatanganku hari ini bersama Rey.

"Hai Ris," sapa Reyhan. Aku mulai meliriknya.

"Maaf ya, gua baru dateng ke sini," lirih Reyhan.

Aku melihat mata Rey yang sepertinya sedang menahan tangisan.

"Gua ga benci lo kok, Ris. Bahkan gua sedih denger musibah yang menimpa diri lo sendiri."

"Berkali-kali lu cuekin gua, gua ga pernah punya rasa dendam sama lo."

Dendam? Dendam apa yang Rey maksud??

Sudah hampir lima menitan aku terus memperhatikan Rey yang seolah sedang berbicara dari hati ke hati, sampai akhirnya Rey mengajak ku pulang.

"Pulang yuk," ajaknya, aku pun lekas mengangguk. Tapi sebelum pergi aku mencium nisan Neris.

Begitupun dengan Rey, ia mengelus nisan Neris lembut dan menaruh dua tangkai bunga mawar merah itu di atas pusaranya dekat nisan.

Kisah Syalwa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang