"Em bandonya beli dimana?" tanya Rey saat ia menyentuh rambutku.
"Alwa lupa, kenapa?" Aku balik bertanya.
"Engga, warna nya kurang lucu buat lo, Al."
"Kurang gemoy."
"Jelek ya?" tanyaku, dan Rey menggeleng.
"Engga kok. Apa pun yang lu pake selalu cantik. Cuma kalo ini, kurang lucu aja."
Aku tersenyum.
Benar, warnanya memang tidak secantik pilihanku untuk Clara.Lalu kami berpisah ketika aku sudah lebih dulu sampai di depan pintu kelasku.
⏱️
Aku berjalan sedikit cepat menuju kantin, Adit tadi menchat ku, ia ingin sekali kami berempat bisa makan bersama lagi seperti dulu, terlebih karena aku sudah punya Rey, dan Gio sudah punya Clara jadi kami jarang sekali bertemu atau bersapa meski di sekolah.
Aku tidak sombong, aku hanya malas karena Adit dan Zeno tidak merestui hubunganku dengan Rey. Lagi pula siapa mereka? Aku tak butuh restu mereka!
Sebelumnya aku sudah izin dengan Rey, dan hari ini pun Rey sedang main bola basket di lapangan dengan teman sekelasnya.
"Sini Al!" teriak seseorang yang ku lihat sumber suaranya berada di pojok kanan kantin.
Aku segera menghampiri mereka, ya, di sana ada Adit dan Zeno yang sedang duduk sambil memakan makanan yang sudah mereka pesan.
"Idih udah mesen duluan, ngapain ngajak makan bareng di kantin!" ocehku membuat Adit mencibirkan bibirnya.
"Enye-enyeee, lu lama. Gio juga mana lagi ni?" tanya Adit yang sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Gio.
Aku pun duduk, sambil sesekali merapihkan rambut. Dan setelahnya Gio datang dengan Clara.
"Hay," sapa Clara. Namun kini, air muka Adit dan Zeno berbeda.
"Hai," balas Adit dan Zeno kompak.
"Eh, bando lu cantik Ra," ucap Zeno tiba-tiba yang kemudian aku dan Adit pun melirik Clara.
"Cantik ya?" tanya Clara dan Zeno mengangguk.
"Em, ini boleh Gio yang beliin loh," jawab Clara sambil melirik Gio.
"Gio juga yang pilihin?" tanya Adit seperti tak percaya.
"Em, bando nya kamu yang pilihan kan Yo?" tanya Clara dan Gio menjawabnya dengan sombong.
"Oiya doong," balas Gio membuatku tersenyum devil.
"Hebat banget ya cowok Clara, pinter milihnya!" sindir ku dan membuat Gio melirikku tajam.
"Ga percaya gua sama lu Yo, oh lu ngajak Ibu ya pasti?" tebak Adit dan Gio malah menggeleng.
"Enak aja lo! Pilihan gua itu."
"Eh, lo juga pake bando Al," kata Adit yang juga melihat aku mengenakan bando.
"Bando lu mah kok gitu si?" tanya Adit yang heran.
"Gitu kenapa? Jelek?" tanyaku.
"Em gitulah," balas Adit.
"Payah banget si kamu Al, masa cewek-cewek ga bisa milih bando yang bagus," ejek Clara membuat aku tertawa kecil.
"Iya payah banget, ya soalnya bukan Alwa yang pilih," balasku sambil melirik Gio.
"Terus??" tanya Adit dan Clara kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
DiversosPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...