Semua kenangan nya akan selalu ku ingat, meski saat mengingatnya membuatku terluka
.
.
Syalwa AyudiaKini tepat hari minggu, aku berniat ingin mengunjungi pusara Ayah, ya, aku sangat merindukan nya.
Tidak, bukan hanya Ayah, tapi juga ibuku, ibu yang sudah melahirkan ku.
Aku siap-siap memakai baju yang pantas, karena sekali lagi aku akan bertemu dengan Ayah dan ibuku, meski bukan secara nyata.
Sebelumnya aku sudah izin dengan Bu Anya, ibu juga membolehkan ku. Sekarang ini Ibu sedang tidak ada, katanya ia sedang mengurusi urusan pekerjaan terbaru nya. Entahlah, aku tidak tahu.
Ibu Anya memang wanita tangguh dan kuat. Menurut ku.Tak lupa aku membawa tas dan handphone, keluar dari rumah dan mengunci pintu dengan baik.
Menunggu angkot yang ku yakin akan lewat sini membuatku harus berdiri lama di bawah pohon rindang. Syukurlah, cuaca hari ini tidak terlalu buruk.
Jam menunjukan pukul 10:05, aku yang sudah mendapatkan angkot ini pun langsung berhenti tepat di TPU, tempat baru Ayah sekarang.
Aku tersenyum saat baru satu langkah menginjak tanah TPU itu.
Ayah, aku merindukan mu.
Tunggu, aku lupa sesuatu. Aku lupa kalau aku tak membawa bunga.
Apa aku harus pulang lagi?
Sepertinya tidak, aku tahu Ayah akan lebih suka jika aku cukup mendoakan nya, memberikannya Al-fatihah di setiap sujud ku dan do'a disetiap akhirnya.
Aku berjalan pelan-pelan hingga akhirnya tepat sampai di pusara Ayah.
Alwian Adiputra
Nama yang sebelumnya tak pernah ku sebutkan di ceritaku ini, nama yang kerap selalu menjadi alasan mengapa ku menangis. Nama yang selama ini membuatku kuat, membuatku bahagia. Ya, Ayah Alwi.
Aku memegang nisan Ayah dengan lembut, mengelus-elus nya seperti Ayah yang selalu mengelus rambutku kala aku sedang merajuk atau meminta sesuatu dengan tak sabarnya.
"Awa marah sama Ayah?" tanya Ayah.
"Gatau," balasku ketus.
"Masa orang yang Ayah sayang marah si sama Ayah," katanya sembari mengelus rambut ku.
"Ih rambutnya bau deh," ledek Ayah.
"Ayaaaah!!"
"Hehe, Awa mao apa? Sepuluh es krim? Jangan ih, nanti gigi nya di makan semut loh?"
"Kok di makan semut?" tanyaku.
"Iya, kamu kan makan yang manis."
"Ya enggaklah Ayah."
"Masih marah sama Ayah?" tanya Ayah sembari menyisir rambutku
"Marah gak yaa??"
"Kalo marah Ayah ga mau kuncir kepang lagi ah," ancam Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
De TodoPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...