Aku masih meneruskan ceritaku kepada ketiga laki-laki itu.
"Alwa rasa, Rintik sengaja buat video ga senonoh itu, buat Alwa jera biar Alwa ga deket Gio lagi," ucapku menduga.
"Terus, video yang di atas rooftop, yang Rintik hampir jatuh gara-gara lo itu juga bohongan gitu?" tanya Gio.
"Sengaja di buat-buat gitu?" sambung Gio bertanya. Dia sangat mencurigai ku.
"Enggak, tapi sebenarnya bukan gitu kejadiannya," ucapku.
"Kejadian yang sebenarnya, Alwa minta Rintik buat dorong Alwa...."
"Hah?" kaget Zeno Dan Adit bersamaan.
"Hmm, Alwa minta lontong gitu, tapi...."
"Tolong anjir, bukan lontong," koreksi Adit. Aku hanya cengengesan.
"Iya-iya sama aja, pokonya kejadian itu bukan kayak gitu. Bukan Alwa yang dorong Rintik, tapi temennya."
"Lah? Koo temennya," ucap Zeno heran. Alisnya saling bertaut tanda tak mengerti.
"Duh, gimana ya ceritanya, Alwa pusing," ucapku makin bingung dengan cerita yang sedang ku ceritakan.
"Biasanya Alwa kalo pusing butuh sesuatu," lanjutku dan ketiga laki-laki itu menatapku.
"Hmm, entah itu makanan, atau minuman, atau buah-buahan, atau cokelat-cokelatan atau boneka-bonekaan...."
"Eh, boneka Alwa mana?" tanyaku mulai sadar, sejak tadi aku tak memegang Teddy Bear Pink ku.
"Ck, Al," decak Gio.
"Ish, Alwa serius! Cariin boneka Alwa!!" titahku dan ketiga laki-laki itu hanya menatapku kesal.
"Palingan juga di mobil," duga Adit.
"Jangan menduga-duga, Alwa mau kalian cariin boneka Alwa dulu!" titahku lagi.
Ketiga laki-laki itu terlihat mengacak-acak rambutnya frustrasi.
Mereka mulai berdiri , lalu pergi keluar dan meninggalkan ku sendiri.
"Al," panggil Gio.
Aku menoleh, ketiga laki-laki itu menggelengkan kepalanya saat kembali ke dalam.
"Maksud gelengan kepala kalian apa?" tanyaku tak mengerti.
Mereka tak menjawab, hanya terus-menerus menggeleng.
"Iih, boneka Alwa mana?" tanyaku saat melihat mereka bertiga tidak membawa apa-apa.
"Hilang," balas Adit.
Aku yang tadi berdiri langsung mendudukkan bokongku kasar. Hilang? Tidak mungkin.
"Al," panggil ketiga laki-laki itu.
Aku tak menoleh, aku hanya menunduk. Aku berharap air mataku tak lagi menetes, sedih rasanya jika kenangan Ayah juga ikut hilang.
"Boneka itu," lirihku.
"Beli-beli," balas Adit.
"Ish! Itu kenangan dari Ayah Alwa!" kesalku. Ketiganya memang tak bisa mengerti.
"Huaaaa, boneka kamu di mana?" teriakku histeris sembari menangis.
"Astaga, besok-besok yang kayak gini jangan di pungut lagi," kata Adit .
"Boneka Alwa," lirihku sedih.
"Boneka Alwa, di mana?" tanyaku pada diri sendiri.
"Nih," ucap Gio sembari memberikan boneka Teddy Bear ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
RandomPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...