Kemarin aku benar-benar pulang sore, sehingga Ibu bertanya kepada ku.
"Tumben pulangnya sore, ada apa?"
"Hmm, Itu Bu, anu, hmm," jawabku penuh grogi.
"Kenapa Alwa?" tanya Ibu lagi.
"Aku piket Bu," jawabku cecengiran.
"Oh gitu, besok ga pulang jam segini lagi 'kan?"
"Hm, aku ada materi tambahan, kayaknya bakal pulang sampe sore selama sebulan deh Bu," jawabku berbohong, aku tak ingin Ibu sedih.
Sekarang, aku berjalan menunggu angkot untuk sampai ke sekolah, tak banyak waktu angkot pun datang dan aku langsung masuk dan duduk di angkot.
Saat sudah sampai, aku tak lupa untuk membayar, aku segera berlari menuju kelas dan saat aku sampai....
Aku terbelalak melihat se isi kelas yang penuh dengan sampah, padahal kemarin aku benar-benar piket.
Dengan perasaan yang agak kesal, aku mengambil plastik lagi dan mengumpulkan nya.
"Gua baru tau, kalo lo itu se keji itu," ucap seseorang yang barusan masuk dan menaruh tas nya di atas meja.
Aku menoleh, oh dia Gio.
"Tau apa kamu tentang Alwa?" tanyaku.
"Ck, video itu udah tersebar luas kali," ucapnya yang membuatku terdiam.
"Kalo Ibu tau...."
Aku segera menukas perkataan nya.
"Plis, jangan kasih tau Ibu!" larang ku.
"Kenapa lo? takut?" sindirnya.
"Alwa ga mau buat Ibu sedih, Alwa tau Ibu sayang banget sama Alwa, ibu juga baik banget sama Alwa."
"Lo tau kalo ibu baik, tapi kenapa lu kayak gitu?"
"Ooh gua tau, lo pasti ambil sikap ini dari orang tua lu ya, mereka pasti orang jahat."
Aku melirik Gio tajam, ia pun hanya mengangkat alisnya sebelah.
"Jangan pernah menyangkut-pautkan semua ini sama orang tua Alwa!"
Aku lantas diam, dan duduk di bangku ku sembari memegang sapu.
Aku menunduk, tak sadar bahwa air mataku ikut menetes saat aku mengingat perkataan Gio yang baru saja terlontar.
"Kenapa lo?"
"Jangan seolah ngerasa paling tersakiti deh."
Aku menghela napas panjang. Jujur, tak kuat dengan masalah yang sedang ku hadapi. Dan apa Gio lupa perihal orang tua ku?
"Heh, piket yang bener dong! Ini masih pada kotor!"
Siswa/i kelas ini sudah mulai berdatangan, begitupun dengan Neris. Aku meliriknya, namun Neris malah menggubris ku. Dan aku pun kembali mengumpulkan sampah-sampah yang masih tergelatak banyak di lantai.
"Awas, awas!!" teriak seseorang yang ku dengar
Saat akan berbalik badan, seseorang yang teriak itu tak sengaja menumpahkan jus stroberi nya kepada ku.
"Ups."
Aku melirik bawah bajuku. Basah, itu cukup menggambarkan keadaan bajuku.
"Maaf." maafnya dengan nada meledek
Aku hanya melihat wajahnya yang tertawa kecil, lalu segera pergi dari hadapanku kembali ke bangku nya.
Bel masuk sudah berbunyi, namun aku masih mengepel kelas ini, tak ada seorangpun yang mau membantuku. Hingga akhirnya guru Bahasa Jepang masuk lalu mengomeli ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Syalwa | END
De TodoPercaya dengan seseorang? Itu terlalu sulit dilakukan untuk gadis yang tak mengerti arti kebahagiaan. Hidupnya hampir saja berantakan, ya, karena ulah Ayah angkatnya. Terlalu banyak masalah yang bertamu, dan dia tak bisa menolaknya untuk segera perg...