*
*
*Tak semua perbuatan baik itu dihargai, kendati kau korbankan segalanya demi berbuat baik. Tak ada janji pasti korban yang kau tolong kan membalas dengan baik. Kendati sudah kewajiban mereka bukan tuk membalas mu dengan perbuatan baik?
Kondisi itu yang Jimin alami saat ini, ia tengah berdiri kaku di depan pintu toilet usai dimaki Ji-hoo. Ya Ji-hoo pemuda korban perundungan yang ia lindungi.
Jimin pada dasarnya tak pernah dimaki oleh seseorang,jadi terheran. Niat baik nya justru membuat diri nya mendapat lawan bukannya teman.
Ia bingung dengan kondisinya saat ini, ingin mengumpat namun sang papa tak pernah mengajarkan pemuda 18 tahun yang berkepribadian seperti 5 tahun itu mengumpat. Jangankan mengajarkan, ekhmm punya waktu untuk nya saja tak pernah.
''Apa sesulit ini untuk mendapatkan teman??" Gumam nya , sembari mengelus tengkuknya yang tiba-tiba dingin.
Brak
Semua kembali berlalu begitu cepat, Jimin masih diam di depan pintu toilet. Namun tiba-tiba sesosok makhluk berlari cepat dan tak sengaja menyenggol tubuh nya hingga terdorong kebelakang.
Dan jangan lupakan,kepala dengan rambut lebat itu ikut membentur dinding lumayan keras akibat ulah dari makhluk tadi.
Lagi dan lagi Jimin hanya diam, si pelaku juga tak minta maaf padanya. Bahkan makhluk yang menabrak nya kini menghilang entah kemana.
Seketika tubuh mungil itu merinding, di tambah terpaan angin sejuk yang datang dari mana. Membuat diri nya bergidik ngeri dan memutuskan untuk meninggalkan area toilet.
''Yang tadi bukan hantu kan?" Gumamnya sebelum berlalu pergi.
*
*
*''Maaf aku terlambat."
Jungkook lansung meneguk air yg berada pada pintu mobil. Ia coba netralkan nafas nya yang masih terengah-engah.
''Kau habis di kejar setan?" Taehyung menelisik sang adik dari atas kebawah.
Penuh keringat dan yah bau! Tapi tenang, putra bungsu keluarga Park itu tetap tampan dan menawan kok.
''Hahhh ku pikir ini lebih menyeramkan dari pada setan kak." Ujar nya sembari menggeleng.
Wajah nya yang memerah karena lelah perlahan mulai ke warna kulit aslinya. Nafas nya juga tak lagi terengah, meski helaan nafas panjang sering terdengar.
''Ratu nya setan?"
''Bukan, tapi ratu nya dari ratu setan."
Taehyung terkekeh mendengar jawaban sang adik. Dari raut kesal Jungkook ia sudah tahu siapa yang di temui sang adik.
''Kali ini apa yang dia lakukan?" Matanya melihat seakan menggoda sang adik.
''Dia sungguh membuat ku malu kak." Semakin kesini nada Jungkook semakin kesal.
Wajah nya kembali merah karena kesal, dan jangan lupa bibir nya yang tak henti menggerutu.
''Mangkanya masih kecil itu jangan suka berpacaran, lihat sekarang siapa yang repot eoh?" Semakin kesal Jungkook, semakin bersemangat Taehyung menggoda sang adik.
Seperti kebahagiaan sendiri saat melihat adik bontot nya itu merenggut atau merengek kesal.
''Iss kan yang mengajak pacaran bukan aku." Elak nya tak terima.
Enak saja dirinya disalahkan semata, toh ia dulu juga tak tahu apa yang namanya pacaran. Tapi semenjak si ratu setan itu datang, otak polos Park Jungkook ternodai dengan yang nama nya pacaran.
Untung saja wanita terkutuk itu tak sampai berbuat lanjut pada Jungkook yang polos.
''Lalu masih ingin pacaran?? Atau ingin balikan dengan nya?" Goda Taehyung lagi.
Wajah Jungkook semakin memerah, ingin rasa nya ia menggaruk wajah sang kakak yang masih betah untuk menggodanya.
''Kembali ? Melihat nya saja aku takut kak. Dan berhentilah membahas nya, atau jangan-jangan kakak mulai suka dengan wanita itu eoh" tunjuk Jungkook menyudutkan, ia membalik keadaan karena terlampau kesal dengan godaan sang kakak.
Taehyung mendengar pertanyaan sang adik hanya terkekeh pelan.
''Mungkin__" jeda nya ''Ketika aku berada di neraka hahahaha." Lanjut Taehyung tertawa terbahak-bahak.
Perjalanan menuju rumah terasa lebih menyenangkan. Bahkan Taehyung yang awalnya kesal karena sang adik begitu lambat,kini justru tertawa lebar.
Dan yah seperti itulah hari-hari dihabiskan dengan kedua kakak adik itu.
*
*
*''Aku kan menolong nya, lalu kenapa aku yang di marahi?."
''Kan aku tidak berbuat salah, ishhh Jimin , kenapa kau bodoh sekali sih."
Jimin senantiasa menggerutu, memukul pelan kepalanya. Ia tidak salah, tapi di marahi. Bahkan dengan bodoh nya ia tak melawan.
''Lihat saja kalau aku bertemu dia lagi tak akan ku tolong " akhir nya, terlalu kesal.
Rasanya hari ini hancur, bahkan sudah lama Jimin menunggu hari ini . Tapi apa ? Hari ini adalah hari paling mengesalkan seumur hidupnya.
Sudah di plototi teman sekelas, menolong korban bully yang tak tahu diri, dan terakhir di tabrak dan si pelaku tak minta maaf.
Masih dengan gerutuan tak tahu arah, Jimin berjalan menuju kelas. Berniat mengambil roti yang ada di dalam tas nya. Karena tadi ia tak sempat menyelesaikan makan siang nya di kantin.
Sepanjang jalan menuju kelas kembali semua mata menatap nya, Jimin risih tentu saja. Tatapan itu mungkin menghina? Khawatir atau penasaran, semua nya bercampur dengan lautan para siswa dan siswi.
Saat kelas nya tinggal beberapa langkah, seorang siswi dengan kaca mata datang mendekat.
''Kak sebaiknya jangan masuk, akan sangat berbahaya jika kakak masuk." Ujar nya sebelum berlari pergi meninggalkan Jimin yang terdiam.
Apa dia baru saja di peringati?
Atau dia di suruh bolos oleh adik kelas??
Entahlah, ketika melihat sekitar menanyakan lewat tatapan nya mata mata yang tadi menatap Jimin segera beralih. Seakan menolak menjawab pertanyaan dari tatapan Jimin.
Karena penasaran Jimin berjalan pelan menuju kelas nya, pintu ruangan itu tertutup. Keringat dingin tiba-tiba bercucuran entah karena apa. Ia juga tiba-tiba jadi gugup, padahal tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi dengan tekad dan rasa penasaran, Jimin memutar knop pintu perlahan. Membuka pintu kayu pembatas rasa penasaran nya itu.
Dan....
''WUAH SI PAHLAWAN AKHIRNYA DATANG."
'Setiap manusia punya masalah, cepat atau lambat nya masalah itu berlalu tergantung manusia itu sendiri~
~hy~**
Mau bilang seminggu kedepan gak bakal up, karena sibuk ujian.So see you Minggu satu lagi.
Semoga masih ada yang betah baca sih.👋🏻👋🏻👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Separate
Fantasy[ follow sebelum baca] Brothership✓ VMIN✓ Sebuah dinding besar telah terbangun di kehidupannya sejak awal. Bukan tanpa dasar, keberadaannya yang diragukan menimbulkan sebuah keretakan. Tidak ada keharmonisan dalam kisahnya, ia hanya remaja penyakit...