Separate 7!

1.4K 170 21
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Semakin hari hubungan Jin dan putranya semakin buruk,jurang pemisah diantara mereka semakin melebar.Setiap Jin datang berkunjung, Jimin akan lebih memilih mengurung diri di dalam kamar.

Itu sudah berlangsung sejak hari dimana Jin membentak Jimin untuk yang kesekian kali nya. Namun bagi Jimin itu adalah amarah terburuk dari sang papa yang membuatnya sangat teramat sakit. Selama ini Papa memang selalu memarahi nya jika berbuat salah,tapi Papa tak pernah bawa bawa penyakit atau bahkan mengatakan nya lemah.

Orang yang selalu mengatakan Jimin manusia paling kuat, beberapa hari yang lalu membentak nya dan membuat Jimin sadar jika dia itu hanyalah manusia lemah yang hidupnya seperti benalu. Selalu menyusahkan orang yang dekat dengan nya.

Rasa sakit nya tak bisa menghilang meski Paman Hoseok telah coba membujuk, bibi Ahn juga ikut membujuk. Bahkan Jimin tak lagi minum obat dengan teratur, sang Papa tak lagi masuk ke kamarnya. Tak ada lagi ciuman di malam hari atau usapan sayang.

Jimin sadar kebersamaan nya dengan sang Papa memang hanya bertahan hingga usia nya menginjak 9 tahun. Kala itu papanya baru saja kembali dari Jepang. Entah kenapa pria itu terlihat sangat marah. Di tambah dengan Jimin yang meminta bersekolah di sekolah umum. Membuat kemarahan nya memuncak .

Dihari yang sama, Seokjin membawa Jimin pergi. Tidak hanya berdua,bibi Ahn pun ikut. Menuju sebuah rumah yang cukup tersembunyi di area pegunungan Ansan, kota Seoul daerah selatan. Jimin pikir ia akan tinggal di rumah itu dengan sang ayah. Rumah yang sedikit lebih kecil dari rumah lamanya. Namun rumah itu tak kalah indah dan cukup asri, dengan banyak pepohonan.

Tapi Jimin salah,dan seharusnya Jimin sadar. Papanya hanya mengemas baju ia seorang tanpa ikut berkemas bajunya. Seokjin meninggalkan Jimin ,atau bisakah disebut membuang? Ia meninggalkan Jimin di rumah itu dengan bibi Ahn.

Sesekali akan berkunjung jika ada waktu, namun sejak itu Jimin rasa hubungan nya dengan sang Papa memang sudah regang.

Semakin bertambah usia Jimin semakin sadar akan kenyataan pahit yang ia terima. Kenyataan jika ia anak yang tak diinginkan. Ia tak pernah dilibatkan dalam acara keluarga apapun. Tak ada yang datang di hari ulang tahunnya,baik untuk merayakan atau pun untuk memperingati hari kematian ibunya.  Kakek tak pernah menatap nya dengan sayang, hanya kebencian yang terpancar.

Seokjin juga memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Coba melupakan barang sekejap saja fakta bahwa dia memiliki putra. Tak tahu kenapa tapi di dalam pikiran nya ada rasa menyesal karena telah merawat Jimin dan tak menuruti ucapan sang ayah. Keraguan yang dulu sempat ia umpamakan pada Se Ra kini kembali. Sebuah keraguan tentang kebenaran Jimin, apakah anak kandungnya atau bukan?.

Pemikiran kenapa ia mati-matian merawat seorang anak yang sakit-sakitan sendirian jika pada akhirnya ia menemukan kenyataan itu bukan anak kandungnya. Sedangkan ibu kandung dari si anak bisa hidup bahagia. Bisikan agar Seokjin meninggalkan Jimin sudah datang dari dulu. Tapi bayangan senyum dan tangis Jimin kecil selalu muncul membuatnya kembali pada kesadaran nya.

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang