Separate 8!

1.4K 165 95
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*


Kata-kata sang Papa tempo lalu masih berdengung jelas di telinga Jimin. Bagaimana papa berteriak marah dan meminta Jimin untuk ikut dengan sang ibu.

'Papa hanya meminta satu hal Jim, berhentilah membuat papa kesulitan. Setiap hari Papa harus memikirkan segala hal, lama-lama Papa bisa gila karena mu, jika tahu begini kenapa kau tak ikut Mama mu saja'

Teriakan Seokjin berhasil membuat jantung Jimin yang rusak serasa berhenti berdegup.

Apakah Lee Seokjin lupa,jika dimata Jimin sosok ibu telah tiada. Apa ia tak mengingat,jika sejak lahir yg membuat Jimin menyatakan jika ia anak piatu adalah Seokjin sendiri. Bagaimana dengan lihainya Seokjin bersandiwara tentang kematian  mantan istri nya itu di hadapan Jimin.

Bahkan untuk meyakinkan Jimin, Seokjin setia menemani anak itu mengunjungi makam kosong tanpa figura. Tidak seperti makam pada umumnya, agar kebohongan nya terlihat lebih nyata.

Tapi sekarang dengan mudah nya ia berkata lantang, meminta Jimin untuk ikut dengan ibu nya yang sudah Mati!

~o0o~

''Bi, apa Jimin sudah pulang?" Hoseok melangkah menuju dapur kala melihat bibi Ahn tengah menata makanan.

Wanita paruh baya itu sedikit tersentak dan segera membalik, ternyata sang majikan ada di sana. Seokjin juga ada di sana, duduk di ruang tamu dengan koran di tangan nya.

'' Jimin ada dikamar, tadi saat bibi ajak makan bersama-sama Jimin lansung membawa nampan makan siang nya ke kamar." Balas bibi Ahn mengemasi barang bawaan Hoseok.

Yah beberapa cemilan sehat, buah dan stok susu pisang untuk Jimin.

''Tuxedo?"  Bibi Ahn mengangkat jas hitam itu lengkap dengan celana panjangnya.

Setelan tuxedo merek ternama, bibi Ahn memandangi seragam serba hitam itu.

''Ah hari ini hari peringatan kematian ibu bi, aku berpikir membawa serta Jimin untuk acara itu. Lagipula hari ini juga hari penghormatan untuk ibu Jimin kan bi."

''Ah hari ini hari penghormatan Nyonya besar, astaga bagaimana aku bisa lupa" bibi Ahn menepuk keningnya.

Hoseok hanya terkekeh, ia ikut membantu bibi Ahn menata buah buahan di meja. Sedikit kebohongan di ujung kalimatnya, memang sudah sering terucap setiap tahu nya. Dimana ia juga ikut bersandiwara tentang kematian dari ibu dari keponakan kesayangan nya itu.

''Kau pikir ayah akan membiarkan nya ikut?"

Kegiatan Hoseok dan bibi Ahn terhenti, kedua insan beda usia itu menoleh.

''Maksudmu kak?"

Jin memilih duduk, menyicipi teh hijau hasil seduhan bibi Ahn.

''Kau lupa bagaimana ayah memandang nya? Akan ada banyak orang yang hadir selagi ayah menjabat sebagai wakil Presiden. Dan aku jamin ayah tak akan membiarkan nya bergabung ah bahkan datang pun aku ragu ayah akan memberi izin." Dengan santai Jin menjelaskan semuanya.

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang