Separate 23!

835 151 34
                                    

o0o

'' JANGAN BERGERAK JIMIN! PAPA BELUM SELESAI BERBICARA!"

Ketiga nya terkejut, Seokjin tiba-tiba berteriak. Menatap tajam putra nya yang masih bergetar, Jimin yang ditatap menunduk. Tiba-tiba nyali nya menciut, kendati beberapa menit yang lalu ia masih menatap tajam sang Papa penuh keberanian.

''Kak! Kau tidak lihat kondi_"

''Jangan ikut campur! Aku sedang berbicara dengan anak ku."

Belum selesai Hoseok berbicara, Seokjin lansung memotong nya. Menatap sang adik tajam, menyuruh adik beda ibu dengan nya itu diam.

''Jangan lagi ikut campur Lee Hoseok! " Ulang nya tegas.

Tatapan mata nya tajam, tersirat kemarahan dan kekecewaan. Jimin sendiri bingung,tak tahu apa yang membuat Papa nya bisa semarah ini. Toh biasanya sang Papa tak terlalu peduli tentang apa yang ia lakukan sehari-hari.

''Apa yang kakek mu katakan!" Nada suara Seokjin menurun,namun tak membuat kesan tegas nya hilang.

''Tidak ada,T-tuan Lee h-hanya berkunjung." Jawab Jimin.

Sang Papa tampak tak suka dengan jawaban sang anak. Tatapan nya kentara semakin tajam, terbesit rasa tak suka pada panggilan sang anak.

''Jangan berbohong Lee Jimin dan apa-apaan panggilan mu itu!"

Kentara rasa tak suka di mata Seokjin.

''PARK JIMIN PA, BUKAN LEE JIMIN."

Tiba-tiba saja Jimin berteriak, mata nya memanas. Tidak lagi berkaca-kaca,akana tetapi tetesan air mata mulai jatuh perlahan.

''Aku Park Jimin, buka lagi Lee Jimin." Ulang nya lirih, ia menatap penuh luka.

''Jangan berbicara seperti itu." Perlahan Jin melunak, ia menatap Jimin sendu.

Perlahan berjalan mendekat berniat memeluk sang putra, mungkin? Namun Jimin berjalan mundur, lalu sedikit berlari ke salah satu meja kecil di dekat tangga. Ia mengambil map coklat yang ada.

''Aku bukan lagi Lee Jimin, kakek sendiri yang mengantarkan surat ini kepadaku. Dan beliau sendiri yang menyuruh ku berhenti memanggil nya kakek." Jelas Jimin dengan tatapan nanar.

''S-sebentar lagi aku juga akan segera meninggalkan rumah ini. Papa tak perlu lagi bertengkar dengan kakek karena aku. P-papa juga tak perlu lagi mengkhawatir -kan aku." Lanjut Jimin lirih.

Pandangan nya jatuh ke bawah, menatap sendu map yang di pegang sang papa.

''Apa yang kau katakan Jimin? Papa tidak mengerti!" Seokjin terdiam linglung.

Seokjin sayang pada Jimin,putra semata wayangnya. Ia hanya sedikit salah dalam menunjukkan kasih sayang itu di tambah sedikit stress akibat paksaan menikah sang ayah. Lalu terkadang ia akan dengan mudah terhasut oleh iblis. Sehingga sering menyakiti Jimin. Terkadang ia sendiri tak sadar akan kemarahannya.

Begitu pula saat ini, ia tiba-tiba marah hanya karena Jimin pergi sebentar dari rumah? Atau ia marah karena kunjungan ayahnya? Seokjin pun bingung apa yang menjadi penyebab kemarahannya.

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang