o0o
________ku tinggal jauh di dalam tanah di Seoul. Tak ada satupun pemberian mu yang ku bawa Seokjin-ssi, tak satupun bahkan malaikat pemberian Tuhan sekalipun."
''Apa maksud mu ?" Tanya nya ragu. Di dalam tanah? Se Ra tega membunuh putra nya ?
''Kau membunuh putra kita?" Tanya pelan.
Se Ra lantas membuka matanya, menatap Seokjin tajam. Mata itu memerah berair, setelah semuanya Seokjin masih mencurigai nya?
''Aku? Kau, kau yang membunuh anak mu dengan kecurigaan mu sendiri. A-andai saja kau tidak mengatakan semua hal itu, a-andai kau tidak meragukan anak-anak ku.Aku tidak akan stress! Mungkin mereka akan lahir dalam kondisi normal!" Ujar nya dengan teriakan marah di akhir kalimat. Bahkan bentakan itu membuat balita di stroller terbangun dan menangis.
''A-aku?" Tanya Jin linglung,tak mengerti.
''Kau dan anak yang ada bersama mu sudah tepat Seokjin-ssi, sama-sama pembunuh." Se Ra pergi, meninggalkan Seokjin sendirian.
Terdiam seperti orang bodoh, dengan sebuah amplop di hadapannya. Yang di tinggalkan Se Ra sebelum pergi dan menghilang di persimpangan. Amplop panjang dari rumah sakit, sebuah rekap medisnya 8 tahun yg lalu.Kertas selembar yang selalu Se Ra bawa kemanapun ia pergi.
Rekap Medis
Nama pasien : Lee Jin Hyun
Usia : 3 hari
Penanganan : operasi paru-paru kanan
Diagnosa : - penumpukan cairan di
paru-paru kanan. Akibat
kondisi janin yang lain
sungsang.
- Anemia , karena
kekurangan pasokan
darah saat di kandungan.
- Minum air ketuban
karena posisi salah satu
janin sungsang sehingga
prosedur operasi Caesar
terlambat.Hasil akhir: ✓ Operasi berjalan lancar
✓ Kondisi bayi kritis
21 November 1995, pukul 10.15 A.M KST pasie dinyatakan meninggal .Deg
Tubuh Seokjin menegang, persendian nya serasa lepas. Fakta baru yang ia dapat dari sang mantan istri seperti badai besar. Ia pikir semua baik-baik saja, karena Jimin yang sakit parah saja bisa bertahan selama ini.
Lalu apa? Jimin, putra nya disebut pembunuh oleh ibu kandungnya sendiri? .
Flashback end
Seokjin menceritakan sebagian tentang pertemuan nya dengan Se Ra delapan tahun yang lalu. Hal itu membuat Hoseok meradang, tak tahan dengan kebodohan sang kakak.
''Lalu kau ikut ikutan menyalahkan Jimin atas kematian putra mu yang lain? " Tatap nya marah .
''Bisa jadi itu hanya akal-akalan Se Ra agar kau tak bertemu dengan kembaran Jimin kak! Kau tak bisa percaya itu dengan mudah." Lanjut Hoseok, mencoba memberi pengertian.
''Untuk apa Se Ra berbuat seperti itu Hoseok-ah! Membuat seakan-akan anak kami sudah tiada. Buktinya sudah ada Hoseok-ah, rekap medis mendiang putra ku dengan segala penyakit yang ia derita berasal dari Jimin. Dari saudara kembar nya yang ada pada posisi sungsang ." Ujar Seokjin meninggikan suaranya. Ia mengucapkan dengan santai, seakan menyudutkan dan menekankan semua kesalahan ini benar dari Jimin datangnya.
''Bodoh! Kau dan mantan istri mu itu sama sama bodoh." Teriak nya penuh dengan amarah.
''Bagaimana bisa kak, bagaimana bisa kau menyalahkan anak yang bahkan baru lahir atas kematian saudara nya yang lain. Bahkan anak itu juga ada di ambang kematian jika kau lupa." Lanjut nya lirih, menatap Seokjin berkaca-kaca.
''Aku tak ingin mempercayai itu Hoseok-ah,tapi entah kenapa perasaan marah dan benci selalu muncul ketika melihat Jimin. A-aku sudah mencoba seperti dulu dan melupakan semuanya, tapi tetap saja tak bisa! Bahkan ketika menatap Jimin, tak satupun aku melihat kemiripan diantara kami Hoseok-ah"teriak Seokjin tak kalah marah.
''Kau kembali meragukannya?"
Matanya juga memerah, ia beranjak pergi meninggalkan kertas kertas yang tadi ia cek. Keluar dari apartemen tanpa menghiraukan sang adik.
''Sekali lagi aku kecewa pada mu kak, kakak ku yang bodoh" ujar Hoseok menahan tangis.
*
*
*Hari ke empat Jimin tak hadir, Jungkook masih setia mencari keberadaan teman sehari nya itu. Ia bahkan selalu datang pagi-pagi untuk bisa ke kelas Jimin yang berada di gedung A,sedangkan kelas nya ada di gedung B.
''Dia tak datang"
Langkah kaki Jungkook terhenti,suara yang sangat familiar dengan nya. Ia menoleh dan berdecak kesal, sang kakak yang berbicara. Duduk di bangku paling depan dekat pintu.
''Aku tak bertanya pada kakak eoh." Ujar nya songong.
Taehyung hanya bisa memutar bola mata malas.
''Kau tidak lelah bolak-balik ke sini terus?" Tanya nya heran.
Gedung A berada di sebelah kanan, dan kelas nya berada di lantai 4. Sedangkan gedung B berada di sebelah kiri, dan kelas Jungkook berada di lantai 2. Jarak yang di tempuh bisa menghabiskan waktu 20 menit. Dan Jungkook tanpa lelah jauh jauh datang dari gedung B ke gedung A tiga kali sehari.
''Tidak" jawab nya cepat.
''Aku yang lelah" teriak Taehyung tak suka.
''Aku lelah melihat wajah mu setiap hari. Di rumah, di sekolah,di kantin,tempat les dan sekarang? Di kelas aku juga harus melihat wajah mu." Jujur nya sengit.
''Heyy kakak hanya melihat aku saja lelah, lalu bagaimana dengan aku yang meladeni tingkah kakak." Ujar Jungkook penuh drama. Hal itu membuat Taehyung membelalakkan matanya.
''Apa kau bilang?" Teriak nya kesal, sebelum handphone yang ada di atas meja nya melayang, Jungkook sudah lebih dulu kabur. Meninggalkan Kakak nya sendirian karena hari masih pagi dan belum ada yang datang.
Melihat kelakuan adiknya, Taehyung hanya bisa menghela nafas panjang. Bisa mati muda ia jika berhadapan dengan Jungkook terus menerus.
Sedangkan si empu berjalan kembali ke gedung B. Sembari menggerutu tentunya, tak lupa mengumpati sang kakak.
''Kenapa kak Taehyung jadi kakak ku sih. Bisa tidak yah aku tukar tambah kak Taehyung di mall. Aku akan bayar dengan harga mahal jika perlu." Gerutu nya sepanjang jalan.
***
Hohoy ketemu lagi, kali ini gak gantung kan?See you next chapter everyone 👋🏻 maybe next month?
KAMU SEDANG MEMBACA
Separate
Fantasy[ follow sebelum baca] Brothership✓ VMIN✓ Sebuah dinding besar telah terbangun di kehidupannya sejak awal. Bukan tanpa dasar, keberadaannya yang diragukan menimbulkan sebuah keretakan. Tidak ada keharmonisan dalam kisahnya, ia hanya remaja penyakit...