*
*
*Usai berkeliling Mall dan mengunjungi taman, akhirnya tour itu berakhir di ruang rawat. Jimin berbaring dengan berbagai alat di dada kecil nya yang sudah di penuhi banyak bekas jahitan. Baik yang masih jelas atau pun berlahan pudar.
Ia sendiri tak merasa risih akan hal itu karena sudah terbiasa. Selang oksigen menyelinap masuk ke dalam rongga hidung nya. Tak nyaman mungkin namun itu juga demi kesehatan nya. Hitung mundur 1 jam dari sekarang ia akan menjalani operasi sedot cairan yang ke 4 kali nya.
Sang papa tengah berada di luar, bersama paman Namjon. Di dalam ruang rawat Jimin di temani sang bibi, bermain hp sembari menerima setiap suapan buah jeruk dari sang bibi.
''Jimin-ah berhentilah bermain handphone eoh, ingin bercerita dengan bibi?" Wanita itu coba mengajak Jimin berbicara.
Sedikit menarik perhatian sang majikan kecil, Jimin menoleh lalu tersenyum dan kembali memainkan handphone milik sang ayah.
''Ah bibi memiliki sesuatu untuk mu. Ini adalah peninggalan mama mu."
Jimin lansung menoleh, menatap dengan binar. Hal apapun yang berhubungan dengan sang Mama akan membuat Jimin bahagia.
''Apa itu bi? Apa sebuah hadiah?"
Nada nya sangat bersemangat mengingat sedari tadi ia hanya diam dan fokus pada handphone.
''Ingin bibi bacakan atau baca sendiri."
Wanita paruh baya itu mengeluarkan sebuah kotak, lalu ia keluar selembar kertas.
''Bibi saja" Jimin perlahan duduk, memposisikan tubuh senyaman mungkin.
''Baiklah."
Di buka nya lembaran kertas itu perlahan, terdapat beberapa baik kata yang tersusun rapi. Tak banyak namun itu cukup untuk membuat rindu Jimin akan sosok sang ibu terdampar secuil.
''Ekhm Untuk anak mama tersayang. Anyeong sayang, saat ini pasti kau sudah berusia delapan tahun,selamat ulang tahun sayang. Maaf Mama tak bisa ada di sisi mu, mama harap kau bahagia dengan papa mu. Jadi anak yang baik dan pintar, mama akan selalu ada dalam hati mu. Dan kau bisa minta kado mu pada bibi Ahn, mama telah menyiapkan nya.Semoga anak mama menyukai nya, Mama pergi sayang.Dari mama untuk anak mama tersayang"
Senyum Jimin merekah, ia ambil kertas yang perlahan di tutup bibi Ahn.
''Bi aku bisa merasakan aroma Mama hihi."
Bibi Ahn menatap Jimin sendu, ia melihat bagaimana anak memeluk selembar kertas dari sang ibu. Hanya kertas dan itu mampu membuat Jimin begitu bahagia. Anak itu mengatakan jika ia mencium aroma sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separate
Fantasy[ follow sebelum baca] Brothership✓ VMIN✓ Sebuah dinding besar telah terbangun di kehidupannya sejak awal. Bukan tanpa dasar, keberadaannya yang diragukan menimbulkan sebuah keretakan. Tidak ada keharmonisan dalam kisahnya, ia hanya remaja penyakit...