Separate 24!

1K 147 26
                                    

o0o

Bruk

''JIMIN!"

Namjon segera berlari, merangkul tubuh gemetar itu. Hoseok dan Yoon Gi tak kalah panik,tubuh Jimin membentur lantai dengan keras .

''Jimin hey , ayo buka mata mu nak. Lihat ini paman Namjon." Namjon menepuk pipi Jimin pelan, mencari kesadaran keponakan nya itu.

''P-ppamanh ssh-sakit"  mata kecil Jimin terbuka sedikit,teramat sayu. Tangan nya bahkan meremas baju bagian depannya kuat, menahan rasa sakit.

''Jimin ayo ikuti Paman hmm, bernafas dengan perlahan tarik lalu lepaskan dengan perlahan."

Melihat pernafasan Jimin yang tidak teratur membuat Namjon sedikit panik. Jimin tidak hanya collapse, sesak nafasnya juga berasal dari  alergi. Namjon bahkan lansung tahu jika keponakan nya tidak hanya collapse akibat penyakit itu.

''Hyung bantu aku mengambil epinephrine di mobil." Pinta Namjon, ia segera menggendong keponakan nya itu ke kamar tamu yang telah di sulap menjadi ruang rawat.

Jimin di baringkan tanpa bantal, seluruh pakaiannya di longgarkan. Karena tak kunjung membaik, akhirnya Namjon memasangkan Nebulizer untuk mengurangi produksi cairan pada rongga pernafasan Jimin.

''Jim? Hey kau bisa mendengar Paman?" Sebagai seorang dokter, Namjon berusaha untuk tidak panik. Hal ini juga bukan pertama kali Jimin kambuh.

''Jon ini obat nya"  Yoon Gi datang dengan setengah berlari membawa satu botol kecil cairan epinephrine.

Dengan cekatan Namjon memindahkan cairan itu ke jarum lalu menyuntikkan nya ke lengan Jimin.

'' Apakah perlu ke rumah sakit?"

Hoseok yang berdiri tak jauh bertanya khawatir. Ini memang bukan yang pertama, tapi tetap saja Hoseok tak terbiasa. Melihat  keponakan nya untuk bernafas saja sulit membuat Hoseok panik.

''Kita lihat beberapa menit lagi, jika pernafasan nya membaik maka Jimin tidak perlu dibawa ke rumah sakit." Jawab Namjon usai melakukan pertolongan pertama pada sang keponakan.

'' Apa yang ia makan? Kenapa bisa alergi nya kambuh?"

Namjon mengernyit heran, satu rumah tahu kalau Jimin alergi seafood jadi tidak mungkin ada yang membuat makanan itu bukan?

'' Jimin pergi dari tadi sore dan baru kembali." Ujar Hoseok lirih,posisi nya sudah duduk di samping Jimin sembari mengelus kening penuh keringat itu pelan.

''Mungkin dia memakan jajanan yang mengandung kaldu udang." Timpal Yoon Gi tak ingin memperumit masalah,karena sejujurnya saat ini ia hanya berharap yang terbaik untuk Jimin saja.

''Aku akan menemui ayah"

Ketiga nya menoleh ketika suara deep itu berbicara. Seokjin sedari tadi memang sudah berada di dalam kamar, diam dan melihat penanganan darurat yang di lakukan sang adik untuk membuat stabil putra nya.

''Jangan membuat masalah! Jika kau masih memiliki rasa sayang pada  Jimin." Kali ini Yoon Gi berbicara dengan nada menyindir. Ia bahkan tak menatap Seokjin ketika berbicara, fokus nya hanya pada Jimin semata.

'' Aku titip Jimin pada mu Jon, aku akan segera kembali." Tanpa menghiraukan perkataan Yoon Gi, Seokjin berjalan keluar.

'' Cih bukannya berada di sisi anaknya, ia malah pergi membuat masalah baru. Dasar seorang ayah tak becus" sindir Yoon Gi, ia bahkan sengaja mengeraskan suara nya agar Seokjin dapat mendengar.

''Hyung" Hoseok yang mulai merasakan hawa memanas berinisiatif untuk mendinginkan keduanya atau setidaknya memisahkan perperangan yang tengah terjadi.

''Aku berkata benar toh! Ia apakah pantas di sebut ayah? Segala kesalahan yang ia lakukan malah Jimin yang menerima imbas nya " Yoon Gi pantang untuk berhenti,ia masih menyindir kendati kehadiran sang kakak sudah hilang dari pandangan.

Lain dengan Yoon Gi yang terbakar amarah karena sikap sang kakak. Lain pula Seokjin, ia juga tak kalah emosi. Sedan hitam yang ia kendarai tanpa sopir melaju cepat menuju rumah utama keluarga Lee. Istana besar itu memang tak terlalu jauh dari rumah yg Jimin tempati.

Hanya butuh 20 menit dengan kecepatan tinggi untuk Seokjin sampai ke sana. Butuh 5 menit dari pagar menuju pintu utama. Dalam waktu 5 menit itu wajah Seokjin semakin memerah menahan amarah dan kekesalan.

Saat sampai,mobil terparkir sembarangan, tanpa peduli apa-apa ia melangkah masuk. Pintu setinggi 3,5 meter itu ia buka keras kendati sebenarnya ada beberapa maid yang bertugas untuk membukakan.

BRAK

'' T-tuan" beberapa maid terkejut.

Namun Seokjin tak peduli,ia tetap melangkah menuju ruang utama keluarga yang terhubung langsung dengan ruang makan.

Dan yah, benar saja di ruang makan orang yang ia cari tengah asik makan dengan anak, menantu, cucu serta istri baru nya ?

'' Bahagia sekali kehidupan mu ?" Ujar Seokjin sinis, nada nya konstan menghina.

'' Tentu, setidaknya aku punya anak-anak yang mau mendengarkan ku dan cucu-cucu yang sehat, tidak penyakitan dan menghabiskan uang keluarga." Balas tuan Lee santai, ia memotong daging dengan perlahan terkesan memperlambat kegiatan makan nya.

'' Benarkah? Lalu kenapa pria tua seperti mu tetap mengganggu kehidupan ku? "

Sorot mata Seokjin terlampau tajam membuat beberapa orang di sana menunduk takut. Tak terkecuali, semua! Adik tiri dan ibu tiri nya ikut menunduk, hanya pria tua di ujung meja yang terlihat santai.

'' Aku tidak pernah mengganggu kehidupan mu! Hanya berusaha membuat kehidupan mu lebih mudah dengan menyingkirkan penghalang kebahagiaan mu."

Sungguh! Seokjin ingin membalikkan meja makan itu saat ini juga. Perkataan pria tua itu membuat darah nya mendidih.

'' KAU! KAU ADALAH PENGHALANG KEBAHAGIAAN KU! APAKAH HARUS AKU MENYINGKIRKAN MU?"

Suasana sudah tegang, di tambah teriakan Seokjin membuat hawa kelam semakin besar. Dua manusia itu saling menatap kuat, seperti bertanding siapa yang paling berani.

'' Kau ingin menyingkirkan ku? Kau yakin bisa menghidupi anak penyakitan itu?" Kembali! Perkataan tuan Lee tidak banyak,nada nya juga tidak meninggi namun cukup untuk membuat orang merasakan amarah yang besar.

''Tutup mulut mu! Berhenti menyebut putra ku anak penyakitan!" Tatapan Seokjin semakin mengintimidasi.

''Keluarlah kalau tidak ada lagi yang perlu kau sampaikan." Usir tuan Lee santai dan kembali melanjutkan makan malam nya.

''Aku akan membatalkan pertemuan dengan wanita itu, ah tidak aku akan memastikan pernikahan yang kau rencanakan batal! Camkan itu pak tua!"

Usai mengatakan itu Seokjin berlalu pergi, meninggalkan tuan Lee yang kini terbakar amarah. Bahkan pria tua itu memukul meja dengan keras membuat yang lain terkejut dan ketakutan. Namun Seokjin tak peduli,tak akan pernah peduli!

Ia tetap melangkah keluar, masuk ke mobil yang sedari tadi masih terparkir di sana tanpa bergeser sedikit pun. Mulai menghidupkan mesin dan bersiap tancap gas sebelum sebuah pesan suara masuk ke ponsel nya yang tergeletak di kursi samping supir.

''Kondisi Jimin memburuk,kami membawa nya ke rumah sakit"







To be continued
Hay👋🏻
Maaf yah gak bisa update kemaren malam atau tadi subuh, di sini lagi hujan lebat jadi listrik padam dan Hye make Wi-Fi nih😕 jadi WiFi nya ikutan mati deh 😔

Tapi semoga suka update kali ini yah, Sampai ketemu di next chapter 👋🏻

See you 👋🏻👋🏻

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang