Separate 21!

1.4K 141 24
                                    

o0o

~

Jimin dan Jungkook terlihat dekat meski bisa dihitung menit baru berkenalan. Bahkan sang Mama jadi bingung karena sikap Jungkook jauh berbeda saat bersama Jimin dan saat bersama Taehyung. Buka hanya sekedar bicara,tapi itu fakta.

Melihat Jimin dan Jungkook membuat Park Se Ra seperti melihat sebuah keluarga harmonis. Dalam artian ia seakan melihat bagaimana sosok adik dan kakak seharusnya  berperilaku. Bukan seperti yang selama ini ia jalani saat Jungkook dan Taehyung bersatu.

Terlalu sibuk memikirkan dua remaja di depan nya, membuat ibu itu lupa putra sulung yang ia pikirkan tengah berjalan lesu menuju tangga sebelum panggilan sang ibu menghentikan langkahnya.

''Oh Tae sudah pulang?"

Seru nya sedikit kaget, jika dilihat jam bisa dikatakan cukup cepat putra sulungnya itu pulang ke rumah. Karena selama di Amerika Taehyung sering pulang malam.

''Oh preman pasar, kau sudah pulang, cepat sekali?"Jungkook yang juga baru sadar sang Kakak pulang ikut menyapa, meski yah terdengar tak ramah dan seperti sebuah kalimat ajakan perang.

Taehyung menoleh,berniat melempar sang adik dengan sepatu nya namun terhenti kala melihat wajah asing yang jika di pandang lama terlihat familiar.

''Kau? Kenapa bisa berada disini?"

Dengan tidak sopan nya telunjuk panjang itu menunjuk santai Jimin dengan kening mengernyit. Se Ra berdecak kesal, putra nya yang satu ini benar-benar tidak sopan?

Atau kedua putranya memang tidak ada yang sopan? Entahlah!

'' Tae, jangan seperti itu pada tamu!" jari telunjuk itu Se Ra pukul pelan.

''Ini Jimin,anak yang meminjamkan jas nya pada Mama saat di pemakaman. Dan Jimin kesini karena Mama ajak, sekalian Mama ingin mengembalikan jaket nya. Dan ternyata Jungkook mengenal Jimin, oh sekarang kau juga mengenal Jimin ternyata." Se Ra tersenyum, menjelaskan nya.

Taehyung hanya berekspresi tenang,jarang jarang Mama tersenyum apalagi pada nya. Yang ada Mama akan selalu berwajah sangar saat menatap wajah tampan nya karena keseringan membuat Jungkook menangis. Si anak bungsu kesayangan Mama,yang perangai nya benar-benar seperti Dajjal.

''Tentu saja Ma, bahkan Taehyung satu kelas dengan kak Jimin." Si bungsu yang duduk berseru riang, menyebut nama sang kakak dengan santai dan tak tau diri.

'' Benarkah? Wuah dunia ini sempit yah" Se Ra tertawa kecil, tersenyum lebar. Mengabaikan si sulung yang menepik tampang kusam.

Ibu nya bahkan tak menegur Jungkook yang tak sopan padanya, wuah bukan hal yang luar biasa sih.

''Panggil aku kakak bocah " tegur Taehyung dengan deep voice, mata nya tajam menatap sang adik yang hanya menyengir. Bersikap imut meski hal itu justru membuat Taehyung ingin muntah rasanya.

''Nyonya makan malam nya sudah siap" suara dari seorang pelayan membuat Se Ra menoleh dan tersenyum.

Lain hal dengan Jimin, ia cukup terkejut. Hari sudah malam? Ia pikir matahari masih bersinar karena ruang tamu keluarga Park begitu terang, sehingga dirinya bahkan tak sadar malam telah mulai mengambil alih.

''Jimin ikut makan ya? Bibi sudah siapkan makan malam, kita bisa makan malam bersama-sama."

Hati Jimin menghangat kala melihat senyuman Se Ra, senyuman yang terlihat sangat mirip dengan nya. Senyuman yang menghasilkan dua rembulan cerah sama persis seperti nya.

Ia tahu hari sudah malam, tapi hati nya merasa tak rela untuk pulang. Dirinya ingin selalu berada di dekat wanita setengah abad itu.

Alhasil diri nya mengangguk setuju, lupa bagaimana orang di rumah khawatir. Terutama Hoseok yang sudah seperti orang gila menelusuri jalanan demi mencari si keponakan. Jika saja yang hilang bukan Jimin pasti ia sudah mengumpat sedari tadi.

'' Bisa mati aku tak menemukan anak itu. Jimin dimana kau nak " batin Hoseok dengan kening mengernyit khawatir.

*
*
*
*

''Bagaimana Jimin? Apakah enak? Ini makanan kesukaan Jungkook loh." Se Ra berbicara dengan semangat, senyum nya senantiasa terekah cerah semenjak kehadiran Jimin.

'' Sangat bi, ini enak sekali." Jawab Jimin bersemangat, rasa nya memang enak jauh berbeda dengan masakan bibi Ahn. Bukan berarti masakan bibi Ahn tak enak, tapi ini sedikit berbeda genre. Jimin seperti baru pertama kali memakan nya.

'' Ekhm Taehyung-ssi kenapa tidak ikut memakan sup ini?" Jimin berdeham pelan, menatap Taehyung canggung. Melihat tuan rumah itu bahkan tak menikmati masakan enak yang ia makan.

''Ah Kak Taehyung tidak bisa makan ini Kak, karena kaldu jamur dan udang." Balas Jungkook, Taehyung nampak enggan untuk berbicara sehingga Jungkook yang menggantikan.

''Ahh" sendok yang tadi Jimin genggam erat terlepas, ia menatap sup di depan. Jadi ini rasa baru yang tak pernah ia coba. Rasa yang sebenarnya memang tak seharusnya ia coba.

Pandangan Jimin mulai gelisah, raut wajah nya memerah dan dalam seketika kedua tangannya tremor. Jungkook, Se Ra dan Taehyung bahkan tak menyadari hal itu. Mereka masih menikmati makan malam dengan khidmat dan tenang.  Tidak ada reaksi gatal atau bentol bentol, Jimin juga tak merasakan sesak nafas. Tapi jantung nya berdetak dua kali lipat lebih kencang. Jika saja smartwatch miliknya ia pakai, pasti benda itu telah berbunyi nyaring. Mengeluarkan perintah agar Jimin segera meminum obat dan menenangkan diri. Akan tetapi untung saja benda itu tergeletak, tertinggal di rumah.

''Jimin? Apa sudah kenyang? " Se Ra yang pertama kali melihat gelagat aneh Jimin, pemuda itu tak lagi memegang sendok nya.

'' Ahh iya bibi, Jimin sudah merasa kenyang. Dan sedikit kaget karena sudah malam, Jimin harus segera pulang bi kalau tidak paman pasti khawatir mencari Jimin." Ucap nya sopan, ia berdiri perlahan dan membungkuk.

''Pulanglah bersama Jungkook nak."

''Jungkook antar kak Jimin ya."

Si bontot mengangguk semangat,menyuap nasi terakhir laku berdiri mengambil jaket nya.

''Ayo kak"

'' Bi Jimin pamit pulang dulu, terimakasih makan malam nya." Jimin kembali membungkuk, Se Ra tersenyum mengangguk dan mengelus rambut Jimin lembut.

'' Hati-hati. Jungkook jangan bawa motor terlalu kencang kasihan kak Jimin baju nya lumayan tipis."

Se Ra sudah menawarkan jaket tadi,tapi Jimin menolak dengan halus.

''Baik bos,"

Kedua nya melangkah keluar menuju motor yang terparkir di depan rumah. Jimin naik dengan sedikit ragu, ia tak pernah naik motor sebelumnya, bahkan sepeda pun belum pernah ia sentuh.

Saat kendaraan itu mulai berjalan Jimin tanpa sadar menggenggam jaket Jungkook erat. Antara takut jatuh dan menahan sesak di dada nya. Tiba-tiba jantung nya berdetak semakin cepat, meninggalkan nyeri di hulu hati. Nafas nya menjadi tersendat-sendat, dan Jimin akhirnya sadar jika ia memang tak bisa menikmati makanan laut yang satu itu.










_karena Jimin alergi udang.

***

Menepati janji
Readers-nim jangan lupa vote yaaaa
See you next chapter 👋🏻👋🏻

Kalau ada salah Hye mau minta maaf yah, bentar lagi bulan ramadhan lohh 🙏🏻😙

*Sss note : request yang di terima adalah request nya followers 😗

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang