[ follow sebelum baca]
Brothership✓
VMIN✓
Sebuah dinding besar telah terbangun di kehidupannya sejak awal. Bukan tanpa dasar, keberadaannya yang diragukan menimbulkan sebuah keretakan.
Tidak ada keharmonisan dalam kisahnya, ia hanya remaja penyakit...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~o0o~
''Bibi yakin Jimin tak bicara ingin kemana?" Hoseok bertanya untuk yang kesekian kali nya, pertanyaan sama yang jawabannya membuat lelaki tiga puluh tahun itu pusing.
'' Jimin bahkan tak bicara banyak setelah tuan besar datang, bibi kembali ke dapur untuk mengambilkan nya susu. Saat kembali ia sudah tidak ada di kamar nya, bibi pikir ia hanya berjalan di depan, t-tapi sampai sekarang ia belum kembali."
Bibi Ahn bicara dengan tertunduk, tidak! Hoseok tidak berniat memarahi Bibi Ahn, ia bahkan tak kesal hanya saja ia tengah pusing. Sudah berkali-kali ia mengelilingi taman, dari yang terdekat hingga yang terjauh dari rumah. Tapi keponakan gembul nya itu tetap tak terlihat.
Jimin tak memiliki teman yang bisa jadi tempat Hoseok bertanya, jika pun ada hal mustahil bertanya pada teman nya. Yahh ulat, cicak, kecebong dan jangkrik itu semua teman Jimin. Hoseok kerap kali melihat keponakan nya itu bermain dengan hewan menggelikan itu di taman belakang rumah. Bahkan Jimin pernah menangis hingga harus masuk UGD hanya karena Hoseok tak sengaja menginjak jangkrik nya hingga tewas mengenaskan.
'' Lalu kemana dia? Tidak mungkin kan Jimin pergi ke hutan untuk mengambil hewan menggelikan itu? Hahhh."
Hoseok menghela nafas lelah, rumah nya memang berada di ujung perkotaan padat penduduk. Ada hutan kecil berjarak kurang dari satu kilometer dari rumahnya. Jimin selalu bertanya apakah ia boleh masuk kesana setiap kali mereka melewati semak belukar yang luas sehingga sering Jimin sebut hutan itu.
Tapi kan, tidak mungkin??
Tak
Tak
Tak
Paduan antara sepatu dengan lantai marmer itu membuat Hoseok menoleh cepat menatap pintu masuk. Ia pikir sang keponakan lah yang datang, akan tetapi dugaan nya salah. Di sana kakak tertuanya berdiri, dengan pakaian formal.
'' Ada apa dengan raut wajah mu?" Jin melangkah melewati sang adik,duduk di salah satu sofa.
'' Bukankah kau akan ke Jepang? Lalu kenapa sekarang berada disini?" Jin yang awal nya mulai bermain hp kembali menoleh, menatap Hoseok dengan kernyitan. Adik nya tak memanggil ia Hyung? Wow luar biasa?
'' Ternyata sifat tak sopan Jimin berasal dari mu eoh." Bukan nya menjawab Jin justru melontarkan sindiran pada Hoseok. Tapi si empu tak begitu tertarik, yang ada perang dunia ketiga jika ia meladeni Jin.
''Bi aku akan keluar sebentar,jika Jimin kembali telpon saja aku."
Bibi Ahn mengangguk, langkah Hoseok konstan keluar rumah tanpa menoleh pada sang kakak. Ia tak begitu peduli dengan Seokjin sejak pemuda itu berubah.