Tidak pernah terpikir olehku kalau aku akan menikah diumur semuda ini, tidak hanya itu aku juga terpaksa meninggalkan seluruh kehidupanku dan ikut Jimin suamiku pindah ke negeri orang. Membuatku hanya bergantung pada sosoknya... bisakah aku melaluin...
Halooooo... Aku hari ini update Jimin dulu yaah, tolong beri cinta dan kasih sayang juga buat cerita ini karna ini juga salah satu anak anakku🐣🐣 Buat yang belum follow ig kita yuk difollow biar bisa sharing dan tukar pikiran kita wkwk di @anindyamin atau bisa klik link di bio aku. Enjoyyy reading bubbles!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini Jimin membawaku ke gala dinner perusahaan. Dia memberitahuku mendadak sekali dari waktu acara, aku sempat khawatir karena merasa tidak punya baju yang layak dan bingung harus berdadan bagaimana.
Namun ternyata sore tadi Jimin mengirimkan stylist dan makeup artist ke penthouse kami, dalam waktu dua jam aku berubah dari itik buruk rupa menjadi angsa cantik jelita.
Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku bertemu orang sebanyak ini. Setelah aku menikah aku hanya bertemu dengan Jimin dan orang yang mengantarkan bahan masakan kerumah. Hanya dua orang itu.
"Tenang saja, mereka hanya rekan kerjaku, tidak menggigit." Ucap Jimin yang mungkin merasakan kegelisahanku sebelum memasuki ballroom.
Aku melingkarkan tanganku di lengan Jimin erat-erat, walau sepatu ini nyaman dipakai tapi tetap saja aku takut tergelincir, aku merasa berjudi dengan keseimbanganku sendiri dengan sepatu setinggi ini.
Jimin membawa ku keliling berkenalan pada orang-orang. Tugasku hanya mengenalkan diri dalam bahasa Mandarin, sesekali Jimin akan memberitahuku kalau rekan kerjanya mengucapkan kata pujian dan aku akan langsung mengucapkan terimakasih dalam bahasa Mandarin.
Karena keterbatasan bahasa, pesta yang ramai dan mewah ini terasa sepi dan suram untukku. Aku dipamerkan kesana kemari oleh Jimin tapi tak satupun yang bisa mengobrol denganku. Disaat seperti inilah aku menyesali keadaan ku yang sering bolos kelas mandarin karena ketiduran.
"Terakhir, aku akan mengenalkanmu dengan orang ini," ucap Jimin merangkul pinggangku dan membawaku ke meja dekat podium.
"Dia orang Korea, satu alumni denganmu, sama-sama universitas Yonsei,"
Kenapa tidak dari tadi mengenalkanku pada orang yang bisa bahasa korea. Aku sudah hampir mati bosan malah mengenalkan orang Koreanya jadi agenda terakhir. Aku menghela nafas sebal.
"Kau akan ngobrol bersamanya karena aku harus naik podium beberapa menit lagi." Jimin melihat jam tangannya sambil membawaku berjalan ke arah salah satu meja.
"Sudah selesai memerkan istrimu kepada seisi pesta?" Ucap orang itu dalam bahasa Korea, rasanya senang sekali bisa mendengar bahasa Korea langsung dari orang selain Jimin.
Jimin tersenyum dan mengabaikan pertanyaan salty tersebut, "Luna, perkenalkan Jackson, CTO di perusahaan kami."
Orang itu mengulurkan tangannya dan berkata "Senang bertemu denganmu, Luna. Aku bawahan Jimin di kantor." Sambil tersenyum.
Aku menyambut uluran tangannya, sementara Jimin mendengus dan memutar bola mata mendengar pernyataan Jackson.