26. Nirvana

1.8K 309 50
                                    



Selamat malam!
Apa kabar nich wattpad hahaha,
Udah lebih seneng update story di instagram daripada disini soalnya wkwk mana nih tim jeka sama tim hobi! Komen ya biar aku tau nih mesti update apa selanjutnya di instastory🙄


Kali ini part nya matured content, so if your under age, just scroll until di last paragraf so u can catch up with the stories!

Without further do, lets get on the story.
Enjoy Readings!






















Entah yang mana yang harus diresapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























Entah yang mana yang harus diresapi...

Kehadiran Jimin yang begitu memabukkan,
atau perilaku jemarinya yang seolah tidak ingin melepaskan tubuh Luna sejengkal pun.

Semuanya ia lakukan selembut mungkin, seolah tubuh Luna adalah tembikar basah yang belum dibakar. Memperlakukan perempuan itu seolah kulitnya terbuat dari lembaran lapis hujan yang akan pecah jika disentuh terlalu kuat.

Luna merasa begitu dicintai.

Meski begitu, hati kecilnya berkata bahwa lagi-lagi kebahagiaan yang ia rasakan saat ini akan menuai sesuatu yang akan kembali memancing tangisan.

Ia tahu, tapi berusaha untuk tidak terlalu terbawa dengan pikiran tersebut.

"Katakan padaku jika aku menyakitimu... atau menyakiti bayi kita."

Luna mengangguk pelan, membiarkan Jimin membawa kedua tungkai kakinya membuka untuk di pandangi.

Sudah tidak terhitung kegiatan ini mereka lakukan, apalagi sejak mereka pindah ke villa, dimana waktu yang mereka habiskan berdua seolah tidak terhingga.

"Kau berkeringat." Ucap Luna mengusap aliran peluh dari pria yang tengah berusaha keras menahan diri agar tidak menyentaknya secara sekaligus.

Sebuah hal yang sejak tadi sangat mengetes kesabarannya.

Senyuman balasan yang dipertunjukan Jimin di wajahnya nan tampan, oh... hanya tuhan yang tahu bagaimana Jimin terlihat seperti iblis penguasa terhadap keadaan ini. Ia terlihat begitu panas, dengan rambut yang disisir acak kebelakang dan lelehan keringat yang melewati pelipisnya.

"Itu karena aku begitu menginginkanmu." jawabnya menggoda. Sebuah kecupan singkat ia daratkan pada dahi sang istri, seolah dia tidak sedang melakukan hal erotis bersama. Sebuah kecupan suci tanpa kesan kotor.

Berbanding jauh dengan usahanya pada tubuh bagian bawah mereka.

Terus mendesak, memanfaatkan cairan yang telah berhasil ia pancing untuk keluar dari tubuh Luna sebagai pelumas. Gerakan gesekan atas kebawah memang dibutuhkan dalam proses ini agar ia bisa memasukan kejantanannya dengan mudah.

Jimin tidak ingin membuat sang istri memekik pilu seperti malam-malam sebelumnya. Memaksakan miliknya untuk masuk ketika sang istri belum mampu menerima ereksinya hanya akan membuat Jimin semakin merasa bersalah.

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang