18. Death

2.2K 302 32
                                    



Gaktauu hasil editan yg ini gak sesmooth yg biasanya, perpindahan antara scene per scene agak kasar wkwk soalnya aku ngeditnya kliyengannn.
Doain aku cepet negatif yaaa, biar bisa jadi alasan luna-jimin berantem lagi🥰

Oh iya, buat penikmat brave things, kalian itu sering kalah suara kalo aku vote di instagram. Kadang aku vote di ig kalahnya jauh banget, jadi dapat jadwal paling akhir update setelah Juki dan Suga AU di instagram. Jadi yg pengen menangin bravethings saat vote, follow ig aku dan ikutin vote nya ya. Selain itu kalian jg bisa bacain AU yang aku cuma post di instastory kayak AU nya suga, taehyung dan Juki yang udah tamat.

Yaudah gitu aja deh informasihnya, link ig aku ada di bio ya. Semangat para pembaca brave things!!!!












 Semangat para pembaca brave things!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Situasi nya sangat canggung.

Aku tidak pernah merasa canggung seperti ini sebelumnya bersama bocah ini. Tapi sejak ia memutuskan untuk tidak jadi tinggal bersamaku dan Jimin 3 bulan lalu, ikatan kami jadi berbeda.

Mungkin faktor aku juga yang terkesan menjaga jarak, masih mencoba memahami arti dibalik prilaku Jisung beberapa bulan silam.

Jimin juga masih sangat menjaga rahasia dibalik prilaku Jisung, sampai ditahap aku memeriksa ponselnya, namun tak menemukan apapun.

Dia malah berkata semua hanya salah paham dan membuat Jisung kembali kesini.

Jisung menurut, sudah beberapa hari tinggal disini, mengingat Jimin harus pulang-pergi Beijing-Australie dikarenakan kondisi Anna yang semakin memburuk. Jimin mengutus Jisung untuk menginap dan menemaniku.

Dan tentang Anna, aku sama sekali tidak cemburu. Dia wanita yang malang, pihak rumah sakit bahkan mengirimkan rekaman cctv bagaimana Anna berlari dan meloncat secepat kilat kearah balkon.

Padahal saat itu ada 4 petugas yang memeganginya, Anna seperti bertekat keras untuk menjemput ajal sampai-sampai caregiver-nya kewalahan.

Aku mendukung suamiku bertanggung jawab padanya.

Malam inipun aku dengan sungguh-sungguh mempack baju Jimin, pakai tas jinjing saja karena dia cuma kesana sekitar 2 hari, disana dia juga akan bertemu ibu dan mengurus keperluan kedua adikku yang satu minggu lagi sudah boleh dijenguk.

Entah bagaimana Jimin mengatur jadwalnya yang padat dengan waktu tidak lebih dari 48jam disana.

Aku mengusap perutku pelan, menunggui air panas di kettle listrik ini mendidih. Tidak terasa perutku sudah semakin membuncit. Dibawa berdiri lama juga mudah lelah, itu alasannya aku tidak ikut Jimin bolak-balik Australi.

Jimin bilang dia kemungkinan akan bergadang lagi malam ini, mengoreksi beberapa laporan. Atas inisiatif sendiri aku menyiapkan kopi kesukaannya. Diseduh dan difilter secara manual tanpa mesin kopi. Agak repot memang, tapi suamiku menyukainya.

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang