34. Final Tragedy

1.8K 218 47
                                    





[Finale Chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







[Finale Chapter.]









Akhirnya cerita mereka telah sampai di akhir lembaran.

Meski harus menghabiskan hidup dengan nama yang berbeda sebagai Anna, ibu satu anak itu mencoba mengerti bahwa semua dilakukan demi kebaikannya.

Bahwa keadaan memang tidak pernah stabil sejak dulu, Jimin hanya berusaha menutupi semua darinya untuk menciptakan suasana nyaman dan tentram.

Luna sadar dan mengerti tentang resiko yang ia tanggung karena telah berani menikahi seorang seperti Park Jimin.

Kalau diingat lagi hari-hari terdahulu, ia cukup menyesal karena telah sering mendesak Jimin dengan segala macam hal, sementara Jimin pun sebenarnya sangat berjuang keras agar tidak meledak di depannya.

Beban pria itu berat sekali, enggan berbagi dan merasa mampu menyelesaikan semuanya seorang diri.

Hingga sampai akhirnya mereka berhasil melewati seluruh masalah itu meski babak-belur dihantam masalah.

Mengingat kenangan itu Luna ingin menangis di dekapan Jimin semalam suntuk.

"Sudahlah, itu salahku, mulai sekarang aku akan mendiskusikan semuanya denganmu sebelum melangkah keluar dari rumah..."

"Hiksh, a-aku hanya, oh tuhan, aku sangat tidak membantu. Menyusahkan saja, hiksh—"

Jimin menghela nafas pelan.

Mau di pujuk seperti apapun, Luna tetap melankolis sendiri tanpa alasan yang jelas.

Mungkin efek pasca-melahirkan, ia jadi begitu sensitive dan mengalami naik turun mood yang cukup ekstrem.

Sebagai suami yang masih belajar tentulah Jimin tidak bisa melakukan apapun selain mencoba memahami seluruh ocehan kosong dari sang istri.

Ia tidak mengerti, tapi berusaha ada kapanpun Luna butuh pundak untuk bersandar.

"Tentu saja kau sangat berarti bagiku. Kau tampil cantik sederhana untuk dicintai setiap hari. Bagaimana bisa kau bilang itu tidak berguna?" ucap Jimin tersenyum. Sudah lama ia tidak mengeluarkan godaan-godaan mematikn sejak memutuskan untuk berumah tangga.

Kali ini ia harus mengeluarkan kemampuan itu untuk menenangkan istrinya yang terus menangis.

"...Kau juga melayani seluruh kebutuhanku, emosional, fisikal, bahkan biologisku dengan amat baik. Itu luar biasa. Kalau orang bilang hubungan ranjang itu tidak penting, justru menurutku itu yang membuat kita semakin dekat setelah menikah, kan?" mendekatkan bibir, Jimin membisikan kalimat. "Milikmu yang terbaik. Seluruh beban dan penatku melayang jika sudah terkena sentuhanmu."

Memang tidak tepat sasaran.

Lihat saja, ia jadi dipukuli Luna karena berbicara jorok ketika sang istri sedang sibuk merisaukan hal-hal lain.

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang