20. Wish it was a dream

2.1K 315 57
                                    

Halooooo!!!!
Aku dateng lagiii untuk nemenin temen-temen PPKM dirumah💜
Yang ga dirumah buruan pulang! Gak boleh keluar rumah dulu!
Harus tetep idup ga boleh sakit supaya bisa baca brave things sampe abis!
Dan semoga juga aku selalu sehat, supaya bisa terus nulis cerita untuk kalian yaaa.
Chapter ini santai aja, gak akan berlebihan, santai aja bacanya biar bisa diresapin ya.
Langsung deh, enjoy readings!

















Akhirnya rasa penasaranku selama ini terjawab sudah, bahkan saat aku tidak mencari tahu dan tidak ingin tahu kebenarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Akhirnya rasa penasaranku selama ini terjawab sudah, bahkan saat aku tidak mencari tahu dan tidak ingin tahu kebenarannya.

Ada rasa sedikit menyesal kenapa aku membiarkan diriku sadar sejauh ini.

Kalau bisa, aku akan memilih untuk tidak mengetahui semuanya daripada membiarkan hatiku hancur lebur. Atau, mungkin keadaanku akan jauh lebih baik bila ternyata kenyataanya Jimin yang menyakiti Anna, atau Jimin ternyata bukan orang baik. Mungkin aku akan jauh lebih bisa menerima kenyataan yang seperti itu.

Namun fakta Jimin yang terlalu mencintai Anna, dan hanya menjadikanku sekedar media pembalasan dendam, rasanya kelewat sadis.

Maksutku, lihat aku,

Aku benar-benar mencintainya dengan seluruh hidupku. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku menggantungkan hidupku sedalam ini, sampai bertemu dengannya.

Kenapa ya?

Apa aku berbuat sesuatu kesalahan di hidupku yang sebelumnya sampai Tuhan menghukumku separah ini?

Menurutku aku pantas mendapatkan takdir yang lebih baik dari ini, tapi kenapa Tuhan malah memberiku penderitaan yang tak berujung?

Aku, seumur hidup ulang tahunku tak pernah dirayakan, hanya karna aku punya orang tua yang masih menganggap anak lelaki lebih superior daripada anak perempuan. Adik lelakiku yang terdidik dengan cara yang salah, menjadi sampah masyarakat dan kriminal bejat tidak tahu diri.

Aku pintar, tapi tak pernah dapat satupun pujian dari kedua orang-tuaku. Saat aku menang olimpiade matematika dan akan dikirim keluar negeri, orang tuaku melarang, dengan alasan aku harus membantu dirumah untuk mengurus adik-adik saat mereka berkerja.

Hidup ini tidak pernah tentangku. Selalu tentang adik, adik dan adik.

Saat aku menikah dengan Jimin pun, masih harus mengurusnya di pusat rehabilitasi dengan uang suamiku.

Dan sekarang kutemukan kenyataan kalau aku menikahi pria, yang mempunyai dendam dengan mereka, bertindak sangat jauh sampai menyeretku kedalam semua ini.

Aku tahu bukan posisiku untuk mengatakan semua ini berlebihan, ketika perbuatan adikku memang bengis, bahkan sampai menghilangkan nyawa perempuan yang Jimin cintai.

Maksutku, tindakannya agak keliru untuk menyertakanku dalam misi balas dendamnya.

Untuk apa menikahiku? apa dia pikir adik-adikku akan ketakutan kalau dia menyiksaku selama menjalani pernikahan?

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang