Tidak pernah terpikir olehku kalau aku akan menikah diumur semuda ini, tidak hanya itu aku juga terpaksa meninggalkan seluruh kehidupanku dan ikut Jimin suamiku pindah ke negeri orang. Membuatku hanya bergantung pada sosoknya... bisakah aku melaluin...
Part ini gak serem. Hanya lanjutan dari part sebelumnya yang aku coba untuk sisipkan sedikit komedi.
Semoga kalian suka ya bacanya!
Dan jangan lupa kasih aku apresiasi dengan cara vote, review dan follow akun ini berserta akun instagram yang aku sematkan di bio!
Semakin banyak vote dan komentar, semakin cepat aku selesaikan cerita ini dengan mood yang baik😂
Anyway, without furthet do, lets get into the stories!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua rencana keberangkatannya menuju Washington yang telah tersusun rapi, harus ia tinggalkan mentah-mentah saat delapan orang berpakaian serba hitam menjemputnya paksa, di kediaman yang ia tinggali bersama sang istri beberapa bulan belakangan.
Hari bahkan belum terang, namun Jimin telah dipaksa masuk ke mobil tanpa dilengkapi pengamanan dan senjata, hanya bermodalkan usb yang sempat ia kantongi untuk ikut masuk kemobil. Hasil dari salah satu orang suruhan dari paman jauhnya.
Taegil Park.
Dari dulu Jimin tidak pernah mengindahkan eksistensi pria tua tersebut. Pengetahuan dan kemampuan berbisnis yang dimiliki orang itu selalu dibawah standar Jimin.
Bahasa kasarnya, Jimin menanggap Taegil orang yang sangat bodoh, sehingga ia tidak mau berurusan apapun dengan beliau.
Namun siapa sangka, Taegil lah petinggi perusahaan yang paling gelap mata dan berkeras ingin mengambil seluruh kunci serta aset yang dimiliki keponakannya dengan cara culas, ia rela mengorbankan nama bisnisnya untuk mengirim orang suruhan dengan back-up beberapa pemegang saham yang berada di pihaknya. Pihak penghancur Jimin.
Sebuah kejadian yang sudah Jimin duga akan terjadi dari jauh-jauh hari.
Entah kenapa, ketimbang takut, Jimin lebih merasa lega karena telah berhasil membuat Luna menjauh dari situasi ini. Ia telah berhasil membuat Luna pergi tepat waktu.
Ia ingat beberapa hari sebelum kejadian, dirinya dan sang istri sempat melewati percakapan penghantar tidur usai bercinta.
Jimin berucap dengan sarkas, "...Bagaimana kalau aku mati dan kau masih secantik ini? masih semuda dan semolek ini?" sambil menghela nafas, dia lanjut bicara serius, "Arwahku tidak akan tenang dan kau akan kuhantui seumur hidupmu."
Sebenarnya itu hanya sebuah kalimat posesif yang selama ini kerap ia ucapkan.
Tapi malam itu sang istri malah meresponnya dengan serius.
"Kalau kau mati, maka aku juga akan ikut mati. Untuk apa lagi aku hidup di dunia?"
Tertebak sekali, Jimin tahu kalimat apa yang akan Luna lontarkan, mengingat kepasrahan wanita itu terhadap nasibnya di tangan Jimin selama kehidupan rumah tangga mereka berlangsung.