28. Chaos

1.4K 288 82
                                    





SELAMAT TENGAH MALAM!!
Akhirnya aku mendapatkan tenaga untuk update cerita ini ditengah chaos nya perkerjaanku sebagai diva Indonesia😌
Tolong berikan apresiasi pada cerita ini, karena ini ditulis disela penulisan full album yang akan aku keluarkan next year.
berikan aku dukungan penuh baik sebagai penulis maupun sebagai penyanyi!

Without furthet do, lets get into the stories.

Enjoy Reading!!!!












Sebuah mobil melaju dengan kecepatan luar biasa kencang, melewati jalan raya yang untungnya saat itu sedang lengang tanpa kemacetan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Sebuah mobil melaju dengan kecepatan luar biasa kencang, melewati jalan raya yang untungnya saat itu sedang lengang tanpa kemacetan.

Rodanya maju menembus angin, mengabaikan rambu lalu lintas untuk mengejar sebuah tempat yang hanya bisa dicapai kurang lebih dua jam lagi.

Sebenarnya waktu tersebut tidak pernah terhitung lama, malah cukup sebentar apabila dijalani tidak dengan cara terdesak seperti yang mereka alami saat ini.

Sekarang setiap detiknya sungguh berharga, mengingat  yang mereka perjuangkan  menyangkut pewaris utama dari seorang yang sama-sama mereka takuti.

Calon putri dari Park Jimin.

Empat otak tengah memutar keras memikirkan solusi serta membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, jika mereka tak kunjung mendapatkan rumah sakit atau klinik, yang mampu membantu Luna untuk bersalin.

Tidak ada yang mampu membuka suara, semua hening tenggelam pada pikiran masing-masing yang kalut.

Situasinya malah tergolong tenang dibandingkan dua puluh menit silam, saat dimana Luna baru saja membasahi lantai mobil dengan air dari rahimnya tanpa suara.

Apakah Luna memiliki toleransi rasa sakit yang tinggi hingga tidak merasakan sakit pada perutnya? Tidak.

Ia hanya merasa tidak pantas mengeluh pada tiga orang pendampingnya ini, yang lagi-lagi harus ia susahkan. Luna fikir dirinya dapat menahan rasa sakitnya sampai perjalanan berhenti.

Celakalah stress yang melanda ibu hamil satu ini sehingga membuat proses persalinan yang akan ia lalui menjadi sedikit menyulitkan.

"Kau harus tenang..." rapal Hanji di telinganya tiap beberapa menit sekali.

Hal itu memang ia butuhkan untuk menjaganya dari serangan panik. Terlebih, Luna bukan main bingung memikirkan suaminya yang belum mengetahui apapun tentang ini.

"J-Jimin?"

"Ah, kami sudah berusaha menghubungi Ben saat mencari klinik barusan. Untuk memberi tahu Jimin ku pikir bisa kita tunda sampai keadaanya stabil lagi..." Hanji menatapnya tulus, "Atau kau mau dia menghambur dari villa untuk mengejar kita, kemudian kabur dari masalahnya sendiri?"

Perempuan dengan raut pucat itu menggeleng.

"...Kita juga harus merahasiakan kehadiranmu." jawab Luna pelan.

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang