32. Survivor

1.5K 278 52
                                    


Ini ngaret berapa jam yah? wkwkwk gatau deh.
akhirnya bisa post juga setelah aku tunda2 mulu ngerjainnya.

Gatau kenapa tapi emang banyak banget godaan buat nulisin yang lain. salah satunya kugi🥲

tapi gpp sesudah cerita ini, kugi akan aku bangkitkan untuk menghibur dan ga akan seribet cerita ini.

Aku tahu kalian capek dan letih, kugi bakalan jadi obatnya!


yaudh skrg tapi kita fokus dulu untuk baca luna dan jimin yang gatau nasibnya gimana. doa dulu deh, supaya lancar ngescrool.

without further do lets get into the storiesss!!!

Happy reading!















Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"...Aku meninggalkannya tiga hari, dan dia hancur."

Netra Jimin membelenggu raga yang tengah terbaring, menunggui sang istri untuk bangun dari tidur lelapnya tanpa beranjak sesentipun.

Dokter bilang semua akan baik-baik saja. Bahwa respon tubuh Luna hanyalah akibat dari kelelahan dan dehidrasi setelah kemarin sempat mengalami guncangan.

Namun tetap, Jimin masih belum bisa bernafas lega.

"Kau tidak hanya meninggalkannya tiga hari. Kau merusak mentalnya selama satu tahun." Jawab Hanji lantang. 

Wajar jika Hanji akhirnya kehilangan kesabaran.

Ia tidak lagi takut ataupun bersembunyi. Melihat wajah Jimin yang menatapnya penuh harap ketika menginjakan kaki di sana, membuat gadis itu bersumpah ingin meludahi ayah dari bayi cantik yang tengah terlelap dalam rengkuhannya.

Amarahnya bergejolak, ingin menyalahkan Jimin terhadap semua yang sudah terjadi beberapa hari belakangan ini, namun tertahan ketika melihat pria itupun terlihat tidak kalah menyedihkan dengan Luna yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Dia telah berjuang keras.

Jimin memang berhasil mempertahankan perusahaannya. Berhasil pula menyingkirkan Taegil Park berserta koloni, hingga kemudian bergabung dalam sebuah piramida bisnis raksasa dimana Andy Wang menjamin keamanan dan kestabilan posisinya dalam perusahaan.

Semua pencapaian itu dan dia melewatkan kesempatan untuk bisa menyediakan fasilitas yang layak bagi sang istri untuk bersalin.

"Aku tahu... Harusnya aku berfikir lebih matang sebelum semua terlanjur kacau kemarin." Jawab Jimin pelan.

"Aku sungguh menyesal. Kalau ada hal yang bisa membunuhku sekarang, mungkin jika aku menemukan Luna dalam kondisi tidak baik-baik saja, Hanji, terimakasih sudah menjaganya untukku."

Seolah tidak tersentuh, Hanji memutar bola matanya tidak sopan.

Laki-laki itu seolah lupa bahwa ia sempat membuat Hanji pergi dari rumahnya tanpa belas kasih tempo hari.

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang