24. Reckless

1.9K 273 65
                                    

Hi❤️
Kangen deh🥺
Udah lama gak update. Nungguin banget ya pasti...

Aku cuma berharap kalau cerita ini akan selesai tidak jauh dari target awalku.







Aku cuma berharap kalau cerita ini akan selesai tidak jauh dari target awalku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Untuk chapter kali ini, tolong dibaca baik-baik kata perkatanya. Pelan-pelan, jangan diburu waktu.

Karna kisah ini sesungguhnya baru akan mulai pada halaman ini.



Selamat memasuki bagian yang kalian tunggu, sekaligus yang tidak ingin kalian baca sama sekali!














"...Aku tahu."

Suasana begitu hening, kala Jimin meninggalkan Luna dan (mantan) asisten kepercayaanya, memiliki waktu antar wanita dikamar utama.

Gegabah.

Satu kata yang mengakibatkan penyesalan Hanji saat ini.

Kekhawatirannya terhadap Luna menghantarkan Hanji pada tindakan paling beresiko yang pernah ia lakukan sebagai tangan kanan Jimin. Yaitu menunjukan terang-terangan niat untuk mengkhianati bosnya sendiri.

Andai saja dia masuk dengan cara yang lebih bisa dimengerti ketimbang caranya barusan, semua rencananya pasti masih berjalan dengan baik.

"Kau tahu, dan kau tidak berniat melarikan diri?"

Luna mengangkat bahunya pasrah, "Aku? Orang seperti aku melarikan diri dari Jimin? Kau mau aku jadi makanan hiu di laut?"

Benar juga. Luna pasti tidak akan berani melakukannya seorang diri. Apalagi keluarganya yang pergi, dan menjadikan Luna tumbal dari kejahatan saudara laki-lakinya tempo lalu.

"Kau benar. Tidak ada pointnya." Ucap Hanji mengangguk.

"Apakah kau sungguh tau seratus persen ceritanya?" lanjutnya agak tidak percaya. Masalahnya, Hanji saja belum paham atau sepenuhnya mengerti. Hanya mengambil kesimpulan dari segala perintah Jimin padanya.

"Hum, tidak juga. Aku hanya tahu kalau adikku bersalah, dan aku sedang menebus kesalahan mereka disini sebagai tawanan Jimin."

Ah, jadi begitu pemikiran Luna selama ini. Dia tidak lagi menempatkan diri sebagai istri, melainkan hanya seorang tawanan, pada orang yang dihutangkan nyawa oleh sang adik.

Pantas saja Luna terlihat semakin pasrah dengan hidupnya.

"Ck, bodoh. Aku hampir saja percaya padamu." Benar saja, kecurigaan Hanji tentang Luna yang hanya bersikap sok tahu, ternyata terbukti.

Luna hanya tahu sekelumit kisah dari panjang liku yang kemungkinan akan dia hadapi. Luna hanya tahu kisah tidak penting.

"Lalu apa yang kau ketahui tentang 'nya'?"

Brave Things (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang