7. Plaster

10.9K 1.9K 527
                                    

Setelah mengantar Lisa ke rumah sakit, Jennie memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia perlu mandi dan pergi ke kampus. Setelah itu, mungkin dia akan menjenguk Chaeyoung kembali.

Bersama dengan Hanna dan Chaeyoung semalaman, membuat mereka dekat dengan cepat. Keduanya berbeda dengan Lisa. Jika Chaeyoung dan Hanna mudah sekali dekat dengan Jennie, namun Lisa justru sebaliknya.

Gadis berponi itu masih saja cuek. Selain ucapan terima kasih yang didapatnya tadi, tak ada kalimat lain yang Jennie dengar dari mulut Lisa setelah dia meminta gelang seperti milik Chaeyoung.

Jennie tahu, harga gelang itu murah. Jadi dia meminta tanpa rasa takut jika hal itu akan membebankan Lisa. Padahal sebenarnya, dia bahkan mampu membeli ribuan gelang seperti itu dengan uangnya.

"Jennie-ya."

Langkah Jennie terhenti ketika mendengar suara sang ayah memanggil. Tampak Seonho sedang berjalan ke arahnya dengan Jisoo mengikuti dari belakang.

Sesungguhnya Jennie benar-benar malas bertemu dengan Jisoo. Pertengkaran mereka saat itu masih saja terngiang. Jennie tak terima dengan Jisoo yang menjelek-jelekan ibu mereka. Tak sadarkah Jisoo, mereka tidak akan berada di dunia jika sang ibu tidak berjuang melahirkan keduanya dengan taruhan nyawa.

"Kenapa kemarin tidak pulang? Ponselmu juga tidak bisa dihubungi." Seonho memeluk tubuh anaknya penuh sayang.

Itulah Seonho. Sebesar apa pun kesalahan anaknya, tak pernah sekali pun Seonho memarahi mereka. Seonho melakukan itu karena takut mereka pergi darinya. Jisoo dan Jennie adalah kekuatan Seonho sekarang.

"Maaf, Appa. Aku menginap di rumah teman." Jennie sebenarnya bukan orang yang suka berbohong. Tapi semenjak tiba di Korea, dia sering sekali berkata bohong.

Seonho mengangguk paham. Dia mulai melepaskan dekapan itu. Lalu mencium dahi Jennie hangat.

"Lain kali harus memberi kabar, eoh?" Jennie hanya menjawab dengan anggukan.

"Kalau begitu Appa berangkat dulu. Jangan lupa sarapan."

Setelah perginya ayah dua anak itu, Jennie maupun Jisoo tidak bersuara sama sekali. Keduanya menjadi canggung sejak bertengkar. Karena memang keduanya tak ada yang ingin meminta maaf.

Menghembuskan napas kasar, Jennie memilih melangkah pergi dari sana. Namun ternyata sang kakak menahan dengan suara. Bukan untuk berbaikan. Bahkan Jennie menduga jika kakaknya itu ingin meneruskan pertengkaran mereka dua hari lalu.

"Kau belum memberitahuku, seperti apa temanmu itu."

Jennie sungguh berharap jika Lisa tak akan pernah bertemu dengan Jisoo. Karena kakaknya itu akan membuat Lisa dalam masalah karena rasa benci Jisoo terhadap orang miskin benar-benar sulit dihilangkan.

"Dia baik." Jennie hanya menjawabnya singkat. Nadanya pun datar. Jisoo paham jika sang adik masih marah.

Sulung Han itu tak tahu harus berbuat apa agar mereka berbaikan tanpa meminta maaf. Jauh dengan Jennie sungguh menyiksanya. Tapi jika Jisoo meminta maaf, maka secara tidak langsung dia membiarkan fakta Seonho disakiti oleh ibu mereka.

"Bisa aku pinjam ponselmu? Aku ingin menghubungi teman, dan ponselku sedang diisi daya."

Jisoo merutuki diri dalam hati. Alasannya sungguh tidak masuk akal. Tapi dia benar-benar kehabisan ide untuk membuat Jennie tidak marah lagi.

"Eoh." Jennie memberikan ponselnya begitu saja pada Jisoo, lalu pergi dari sana.

Mengacak rambutnya frustasi, Jisoo merasa idenya benar-benar salah. Untuk apa dia meminjam ponsel Jennie. Saat ponselnya sedang diisi daya, dia bahkan sering menggunakannya.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang