Di belahan dunia lain, kedua gadis itu sibuk memilih makanan ringan yang akan mereka nikmati bersama dua saudara yang lain nantinya.
Jennie dan Lisa sedang berada di salah satu mini market kota Paris. Sudah empat hari mereka disana. Mengunjungi Menara Eiffel dan Sungai Seine pun sudah mereka lakukan.
Sesuia ucapan Jennie pada Chaeyoung ketika itu. Besoknya, mereka langsung terbang ke Paris, Prancis tanpa persiapan apa pun. Bahkan keempatnya hanya membawa baju yang dikenakan hari itu. Tapi kini, barang yang harus mereka bawa pulang ke Korea cukup banyak.
"Eoh, hujan. Kau tunggu disini sebentar."
Ketika keduanya hendak keluar dari mini market, derasnya hujan terlihat dari balik pintu kaca itu. Lisa tidak tahu apa yang ingin Jennie lakukan. Dia hanya menunggu di teras mini market itu.
Tangannya mulai menyentuh rintikan air hujan itu. Dingin. Suatu hal yang sangat tak disukai Lisa. Maka dia cepat-cepat memarik tangannya itu.
"Ayo." Jennie muncul, dengan membentangkan sebuah payung berwarna kuning cerah. Warna kesukaan Lisa.
Namun hal yang aneh terjadi pada Lisa. Gadis itu berjalan mundur menjauhi kakaknya. Kedua mata hazel itu bergetar, ketika bayang-bayang payung yang menancap di dadanya kembali teringat.
Tubuh Lisa gemetaran, Dadanya bahkan mendadak sakit. Lisa mengalihkan pandangannya dari payung itu, dan berjalan menerobos hujan mendahului sang kakak.
"Ya! Lisa! Wae geure?" Jennie membuang payung itu. Melepas jaketnya lalu berlari menghampiri sang adik.
Gadis berpipi mandu itu membiarkan dirinya basah terkena air, memilih memayungi adiknya saja dengan jaket kulit yang dia gunakan tadi.
"Maaf, membuatmu takut." Jennie sekarang memgerti apa yang terjadi pada adiknya. Lisa pasti teringat dengan kecelakaan itu ketika dirinya membawa payung tadi.
Karena payung, adalah benda yang hampir membunuh adiknya. Benda yang membuat Lisa harus hidup dengan sebuah alat yang di tanah pada tubuhnya.
"Unnie, tubuhmu basah." Lisa mulai menyadari, bahwa kakaknya itu hanya melindungi tubuh Lisa dari siraman air hujan.
"Tidak apa. Asalkan Lisa tidak kedinginan."
Lisa termenung. Andai saja ketakutannya terhadap payung tak ada, mungkin sekarang mereka sedang berlindung pada payung yang dibeli Jennie tadi. Dan kakaknya itu, tak akan bayang kuyup seperti sekarang.
"Kenapa kau menyusulku? Kau bisa pulang menggunakan benda tadi." Lihat, bahkan Lisa enggan menyebut nama benda yang benar-benar mengusik pikirannya hingga sekarang itu.
"Karena tugasku adalah menjagamu. Aku tak akan membiarkanmu sakit." Mendengar jawaban Jennie, Lisa kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka.
Sedari awal, Jennie memang selalu menjaganya, memberikan apa yang ia suka, dan melakukan apa yang membuat ia bahagia. Walau keduanya tak tahu, bahwa mereka memiliki hubungan darah.
Sampai kini, Jennie tidak berubah. Gadis berpipi mandu itu tak pernah memperdulikan dirinya sendiri melebihi ia memperdulikan Lisa.
..........
Menurut laporan cuaca, Paris akan kedatangan hujan selama beberapa hari ke depan. Karena mereka masih akan menetap cukup lama, Jisoo memutuskan untuk membeli beberapa payung dan membawanya ke rumah yang mereka tinggali selama beberapa hari ini.
"Unnie, bisakah kau buang payung-payung itu?" Jisoo yang baru saja selesai meletakkan payung di berbagai sudut ruangan, kini mengernyit mendapati Jennie sedang mengeringkan rambut dengan handuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece ✔
FanfictionPuzzle tidak akan pernah utuh jika salah satu hilang. Seperti mereka, yang tak akan bisa menjadi utuh jika terpisah. Mereka adalah Puzzle, yang seharusnya menyatu sejak awal.