24. Meet Again

8.4K 1.7K 325
                                    

Sembuh. Satu kata yang sempat di dengarnya melalui sambungan telepon bersama Lisa tadi membuat hatinya bergemuruh. Sampai detik ini, Chaeyoung tidak bisa tenang memikirkannya.

Satu kata yang terlihat begitu mustahil untuk terjadi. Namun dirinya benar-benar mendambakan hal itu. Juga Lisa yang sepertinya berharap sekali.

Mendadak Chaeyoung berpikir. Sampai kapan ia akan hidup seperti ini? Membuat adiknya kesulitan terus menerus.

Gadis itu ingin sembuh, dan membantu adiknya memperbaiki perekonomian mereka. Atau setidaknya, jika sembuh nanti Chaeyoung ingin memaksa Lisa untuk perkuliah.

"Chaeyoung, Unnie belum meminta maaf perihal kemarin." Lamunan Chaeyoung pecah karena suara Jisoo yang ada di sampingnya.

"Jika saja kekasihku..."

"Aniya. Kejadian kemarin bukan salah siapa-siapa. Tindakanmu benar, juga Lisa yang memberitahumu. Aku... Hanya tertugas menjadi kakak yang melindungi adiknya kemarin." Chaeyoung membahasi bibirnya yang kering dan pucat.

Dia memang sudah mendengar cerita perihal siapa yang menyerangnya dan Lisa kemarin melalui bibir Jisoo. Bagaimana dengan teganya kekasih gadis itu menghianati Jisoo, dan berakhir dengan Jisoo yang memutuskan hubungan mereka.

Dari kejadian kemarin, ada satu hal yang terus mengusik pikiran Chaeyoung. Dirinya memang berniat melindungi Lisa. Tapi karena penyakitnya,Chaeyoung justru merepotkan sang adik.

Seandainya saja Chaeyoung adalah orang sehat, mungkin dia sudah menjadi kakak yang berguna untuk Lisa.

"Unnie," panggil Chaeyoung lirih.

"Ada apa? Kau ingin sesuatu?"

Terlebih dahulu, Chaeyoung menggigit bibir bawahnya. Dia merasa ragu untuk mengatakan keinginannya. Sampai yang keluar sungguh menyerupai bisikan.

"Aku... Berniat menerima bantuanmu."

Bagai disiram oleh jutaan es, kepala Jisoo sungguh terasa dingin. Hatinya lega bukan main mendengar penuturan Chaeyoung. Sekian lama dia menunggu ucapan itu, akhirnya sekaranglah dia bisa mendengarnya.

"Bantu aku sembuh." Kedua mata Chaeyoung mulai berkaca-kaca.

"Aku... Tidak ingin mati, Unnie." Jisoo mengangguk cepat mendengar ujaran Chaeyoung.

Dirinya sungguh bahagia, karena Chaeyoung tak keras kepala lagi. Dia ingin Chaeyoung sembuh, agar persahabatan mereka bisa terjalin sampai tua.

"Terima kasih, Chaeyoung-ah."

...........

Pulang ke rumah tanpa Jisoo, anak kedua Han Seonho itu terdiam sejenak ketika mendapati sang ayah tengah duduk di sofa ruang tamu. Tatapannya datar, tidak seperti biasa. Hal itulah yang membuat Jennie menghentikan langkahnya sekarang.

Seharusnya, sang ayah bukan berada di rumah. Melainkan kantor. Mengingat perusahaan Seonho memang sedang terlilit masalah.

"Appa, tidak ke kantor?" tanya Jennie yang masih berdiri di tempat semula.

"Kau bahkan tidak tahu jika masalah Appa sudah selesai, Nak."

Jennie terkesiap ketika melihat kedua mata ayahnya memerah. Apakah dia melakukan kesalahan? Karena seingat gadis itu, dia tak membuat kesalahan yang akan memancing amarah Seonho.

"Appa sungguh tidak melarang kalian untuk berteman dengan siapa pun. Tapi bisakah utamakan keluarga? Appa... Seperti sudah kehilangan kalian." Lelaki itu mengungkapkan kesedihannya.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang