19. Hate

9.2K 1.8K 527
                                    

Ini adalah hari libur nasional Korea. Awalnya Lisa berniat untuk berkeliling dan mencari pekerjaan baru. Tapi rencananya terganggu karena tiba-tiba Jisoo datang dan menyeretnya masuk ke dalam mobil.

Wajah kakak Jennie itu sungguh tak bersahabat. Jadi, Lisa memilih untuk diam sembari memainkan tali hoodienya.

Sampai dimana dia baru sadar jika mobil mewah Jisoo mulai keluar dari Seoul. Pertanda dia dibawa kegitu jauh oleh perempuan berambut hitam itu.

"Aku habis bertengkar dengan kekasihku." Setelah sekian lama, akhirnya bibir Jisoo berucap.

"Kekasihmu yang waktu itu?" Lisa ingat saat dia tak sengaja melihat Jisoo yang bertengkar dengan seorang pria di trotoar beberapa waktu lalu.

Jisoo hanya mengangguk sekali. Perasaannya saat ini tidaklah baik. Dia butuh sekali sesuatu yang dapat menghibur, tapi mengapa Lisa? Jisoo bahkan tidak tahu alasannya membawa Lisa.

"Biar aku yang menyetir. Aku tidak mau mati muda." Lisa menyentuh lengan Jisoo. Saat ini pikiran gadis itu sedang kacau, dan bukanlah hal baik untuk menyetir mobil dengan kecepatan tinggi seperti sekarang.

"Kau... Bisa menyetir?" tanya Jisoo ragu.

Lisa mengangguk cepat.
"Aku pernah menjadi supir taksi dulu."

Itu terjadi saat dia masih menempuh pendidikan. Lisa akan bekerja sebagai sopir taksi di sore hingga malam hari. Walau dulu masih di bawah umur, tapi atasannya begitu baik untuk memberikan pekerjaan pada Lisa.

"Sungguh---"

"Cepatlah!" Lisa berseru kesal. Dia sungguh tak ingin mati muda. Jantungnya berpacu cukup cepat karena Jisoo mengendarai mobil dengan tak teratur.

Tak lama, mobil itu berhenti di tepi jalan. Jisoo dan Lisa segera bertukar tempat. Tidak seperti Lisa yang selalu memandangi pemandangan luar, Jisoo justru terus menatap wajah Lisa yang terfokus pada jalanan.

"Aku sudah menawarkan kakak kembarmu bantuan."

Jisoo dapat melihat kedua tangan Lisa meremas stir kemudi. Mengartikan bahwa sebenarnya Lisa tak suka dengan perkataan Jisoo mengenai sebuah bantuan yang ia tawarkan. Karena sesungguhnya Lisa tahu bantuan apa yang dimaksud Jisoo.

"Jika kau ingin kakakmu hidup lebih lama, seharusnya kau setuju."

Lisa bisa merasakan jika jantungnya seperti sedang diremas. Haruskan ia tak egois saat ini? Haruskah dia menerima bantuan Jisoo untuk kesembuhan kakaknya?

"Apa alasanmu membantu kami? Bukankah kami ini hanya orang asing untukmu?" tanya Lisa dengan tatalan lurus kedepan.

"Aku menyayangi kakak dan ibumu." Jawaban itu membuat Lisa menoleh sebentar.

"Aku serius. Saat pertama kali bertemu dengan kakak kembarmu, aku sudah menyayanginya sebagai adik. Dan ibumu... Dia begitu hangat."

Membasahi bibirnya sebentar, sebelum kembali berbicara.
"Tapi tidak tahu kenapa, aku sangat membencimu."

Lisa langsung tertawa mendengar pernyataan Jisoo. Dia sudah tahu bahwa Jisoo tak suka dengannya sejak pertama kali bertemu. Padahal Lisa sudah banyak berjasa untuk Jisoo. Memberikan payung saat hujan, menutup lukanya dengan plester, bahkan menggendongnya untuk mencari taksi.

"Ucapanku... Bukanlah arti sesungguhnya, Lisa-ya. Semoga kau mengerti." Jisoo bergumam dalam hati. Lalu menyalakan musik dan memejamkan mata.

.........

Siang ini Chaeyoung sedang pergi ke toserba untuk membeli beberapa kebutuhan. Saat hendak membayar, gadis itu tak sengaja mendapati seorang pria yang sedang membeli rokok di kasir sebelahnya.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang