Di kursi ruang tunggu itu, Lisa baru saja terduduk dengan wajah lelah. Dia memijat lehernya yang pegal bukan main, karena semalaman harus tertidur dengan posisi duduk.
Sejak dirinya sembuh dari demam dua hari lalu, Chaeyoung tak membiarkan Lisa pergi kemana pun. Saudari kembarnya itu terus menahan Lisa untuk disampingnya.
Perubahan sifat Chaeyoung itu membuat Lisa dan keluarganya takjub. Padahal sebelum ini, Chaeyoung bukanlah gadis yang manja.
Tapi sejak dua hari lalu, gadis itu selalu merengek pada Lisa. Tak mau makan jika tak disuapi Lisa, tak mau membersihkan diri jika bukan Lisa yang membantu. Juga tak mau tidur jika Lisa tak mengusap kepalanya.
Lisa bahkan harus mengabaikan perkuliahannya demi sang kakak. Baginya tak masalah, asal kakaknya bahagia. Walau sebagian dari keluarganya merasa kasihan dengan Lisa.
"Kau pasti lelah." Jennie muncul sembari menyodorkan satu kemasan susu cokelat dingin pada sang adik.
Lisa menerimanya dengan senyum tipis. Membiarkan Jennie memijat bahu kanannya. Hingga pintu ruang rawat dihadapannya terbuka kasar, membuatnya yang ingin meneguk susu kemasan itu harus terhenti.
"Chaeyoung tidak mau makan. Dia terus mencarimu." Lisa mengerjab mendengar kalimat Jisoo itu. Padahal dia belum genap lima menit meninggalkan ruang rawat Chaeyoung.
"Unnie, tidakkah kau lihat jika dia sedang lelah?" Jennie merasa kesal sendiri. Adik bungsu mereka itu baru saja sembuh dari sakit, tapi seakan Jisoo tak mengerti.
"Aku tidak mau mengambil resiko jika Chaeyoung tak mau makan." Jisoo masih bersikeras berusaha mengajak Lisa kembali masuk. Sedangkan Jennie hendak menentang ucapan kakaknya itu kembali.
"Kenapa kalian jadi bertengkar?" Lisa berujar dengan heran, sembari berdiri dari duduknya. Tak ingin berada di tengah perdebatan kedua kakaknya itu.
"Aku akan masuk." Lisa meneguk susu cokelatnya hingga habis, lalu mengabaikan tatapan tajam Jennie dan tatapan berbinar Jisoo dia segera masuk ke dalam ruang perawatan Chaeyoung.
Melihat kedatangan sang adik, Chaeyoung tampak senang bukan main. Padahal adiknya itu belum lama meninggalkannya. Kali ini entah apa lagi yang akan Chaeyoung minta dari Lisa.
"Lisa! Aku ingin tiramisu!" Seru Chaeyoung menggoyah-goyahkan lengan Lisa yang dibalut oleh mantel.
"Tapi kau harus makan dulu." Lisa berusaha membujuk kakaknya. Karena sejak beberapa hari ini hanya dia yang selalu Chaeyoung turuti.
"Aku ingin tiramisu! Atau aku tak akan makan!"
Lisa menghembuskan napasnya kasar. Sungguh, dia tak pernah menghadapi orang manja sejak kecil karena biasanya Chaeyoung lah yang memanjakannya. Tapi sekarang, Lisa rasanya ingin membanting sesuatu karena kesal.
"Bagaimana jika kau saja yang memanggilku Unnie? Sepertinya lebih cocok," gerutu Lisa pada sang kakak yang bahkan saat ini masih terbaring di tempat tidur.
"Kau melawan kakakmu?"
Kedua mata Chaeyoung melotot, walau tidak terlihat menyeramkan sama sekali. Hal itu justru terlihat sangat menggemaskan di mata Lisa.
"Tentu saja tidak. Aku akan menuruti semua keinginan kakakku ini." Lisa mencubit kedua pipi Chaeyoung, sebelum akhirnya berlari terbirit-birit keluar dari ruangan itu. Dia harus kabur sebelum Chaeyoung mengamuk.
"Dasar adik kurang ajar!"
..........
Ponsel itu terus bergetar di saku mantelnya. Lalu setelah membayar kue tiramisu pesanan Chaeyoung, Lisa segera meraih ponselnya dan mengangkat panggilan yang sedari tadi dia abaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece ✔
FanfictionPuzzle tidak akan pernah utuh jika salah satu hilang. Seperti mereka, yang tak akan bisa menjadi utuh jika terpisah. Mereka adalah Puzzle, yang seharusnya menyatu sejak awal.