Suara-suara mesin yang berisik kini menjadi satu dengan suara hujan yang semakin teras. Tangis Jisoo juga ikut bergabung di dalamnya. Menunggu begitu lama, petugas evakuasi yang tak kunjung selesai melakukan tugasnya.
"Jisoo-ya, sebaiknya kita keluar. Petugas ingin memotong pintunya." Nayeon bicara setelah mendapat perintah dari luar.
Sebenarnya Jisoo sangat berat melepaskan genggaman tangan itu. Tapi dia harus, agar sang adik segera keluar dari mobil itu dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Setelah benar-benar keluar tadi mobil itu, Jisoo menangkupkan kedua tangannya. Memejamkan mata dan merapalkan banyak doa untuk keselamatan adik bungsunya.
Nayeon merangkul gadis itu. Berusaha menguatkan Jisoo yang saat ini begitu tertekan dengan kondisi Lisa. Karena sepertinya, keadaan Lisa akan semakin memburuk ketika keluar dari mobil itu.
"Ya! Hati-hati! Jangan sampai menggerakkan payung itu!" Teriakan seorang dokter yang Jisoo yakini adalah teman Nayeon membuatnya tersentak.
Tampaknya para petugas sangat kesulitan untuk mengeluarkan tubuh Lisa. Terbukti dari waktu yang mereka butuhkan amat lama. Jisoo semakin khawatir dengan keadaan adiknya.
"Kami berhasil!"
Seruan itu membuat Jisoo mendongak. Dia segera menghampiri beberapa petugas yang berhasil mengangkat tubuh Lisa dengan payuh yang masih menancap di dadanya.
Tubuh itu dibawa memasuki mobil ambulance yang sudah menunggu. Jiaoo ikut di dalamnya. Menggenggam tangan dingin Lisa yang membiru.
"Kita harus melakukan intubasi." Seorang lelaki tua tampak menyiapkan selang yang akan membuat Lisa bisa bernapas.
"Jalan napasnya tertutup, Dokter Kim. Aku tidak bisa melakukannya."
Jisoo semakin mengeratkan genggaman itu ketika melihat dokter-dokter di dekatnya panik. Walaupun rasanya mustahil, tapi Jisoo tak ingin adiknya pergi. Dia ingin adiknya tetap ada di dekatnya.
"Apakah perjalanan kita masih lama?" tanya Dokter tua itu pada dua dokter muda di hadapannya.
"Sekitar tiga menit lagi."
Jisoo melihat lekaki itu mengangguk paham. Entah apa yang disuntikkan ke dalam tubuh sang adik, Jisoo meringis dalam hati karena tak hanya sekali dokter itu memberikannya.
Mobil ambulance itu berhenti di sebuah rumah sakit yang dekat dari lokasi kejadian. Rumah sakit itu, adalah tempat dimana Chaeyoung juga di rawat.
Jisoo tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Lisa. Penampilannya yang berantakan dia abaikan, karena fokusnya hanya pada Lisa.
"Lisa! Andweyo!" Jeritan itu terdengar ketika brankar Lisa mulai memasuki gedung rumah sakit.
Jisoo tidak tahu, mengapa semua anggota keluarganya tepat ada di lobby. Alhasil, mereka sangat terkejut melihat keadaan Lisa sekarang.
Jisoo memilih tidak berkata apa pun. Membiarkan mereka ikut mengantar Lisa menuju UGD. Hingga pintu itu tertutup dan genggaman tangannya terlepas, tubuh Jisoo meluruh ke lantai begitu saja.
Napasnya memburu, dengan kedua tangan terus menopang kepala yang berdenyut tak karuan. Kakinya bahkan tak sanggup lagi untuk membuatnya berdiri. Gadis itu sudah kehilangan kekuatannya sesaat setelah sosok Lisa tak terlihat.
Jennie mendekati kakaknya. Berjongkok di hadapan sang kakak dengan wajah sudah penuh dengan air mata. Memeluk Jisoo yang sibuk menenangkan dirinya sendiri. Jisoo tahu bahwa semua yang ada di situ tengah terpukul dengan kondisi Lisa. Terlebih dirinya, yang menyaksikan bagaimana Lisa menahan rasa sakitnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece ✔
FanfictionPuzzle tidak akan pernah utuh jika salah satu hilang. Seperti mereka, yang tak akan bisa menjadi utuh jika terpisah. Mereka adalah Puzzle, yang seharusnya menyatu sejak awal.