Di dapur kecil itu hanya ada keheningan yang tercipta. Walau tangannya sibuk membersihkan piring-piring kotor, tapi sesekali Hanna mencuri pandang ke arah Jennie.
Wanita itu merasakan rindu yang mendalam, terhadap Jennie maupun Jisoo yang beberapa hari ini tak menunjukkan batang hidung mereka.
Dua gadis yang Hanna tahu, keluar dari rahimnya dahulu. Dua gadis yang dengan tega Hanna tinggalkan di saat mereka masih membutuhkan figur seorang ibu.
Jika saja Hanna mampu, mungkin dulu dia akan pergi dengan membawa Jisoo dan Jennie bersama. Namun saat itu, mertuanya dengan tegas melarang Hanna membawa kedua anaknya. Tentu alasannya adalah perekonomian Hanna yang amat buruk.
"Ahjumma, kau menangis?"
Hanna tentu tersentak dengan pertanyaan Jennie. Dia sama sekali tidak sadar sudah menitihkan air mata.
Biar bagaimana pun, Hanna adalah seorang itu. Dia merasa sedih bercampur bahagia ketika kedua anaknya tumbuh dengan baik, walau tanpa didampingi olehnya.
"Bolehlah Ahjumma memelukmu sebentar?" tanya Hanna dengan suara parau.
Jennie merasa bingung, tapi belum sempat menjawab Hanna sudah terlebih dahulu memdekapnya erat. Dia tak tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Hanna. Tapi dia tetap berusaha menenangkan Hanna dengan mengusap bahunya pelan.
"Kapan kau akan memanggilku Eomma, Nak?" Hanna bergumam dalam hati. Perasaannya sungguh sesak, ketika terus saja mengingat bahwa kedua anaknya sama sekali tak memgenali dirinya.
Hanna ingin berteriak pada Jennie dan Jisoo bahwa ia adalah ibu kandung mereka. Tapi Hanna cukup tahu diri. Jika saja dia mengatakan itu, pasti semuanya hancur.
..........
Cuaca Seoul akhir-akhir ini tak terlalu baik. Hujan sering kali datang, dan langit terus saja menampakkan warna kelabu. Seperti hidup Seonho yang beberapa tahun belakangan tidak seindah dulu, ketika pendampingnya masih ada.
Matanya menatap keluar di saat mobil yang dikendarai oleh seorang sopir itu mulai memasuki area pengisian bahan bakar.
Ketika matanya menangkap sebuah keluarga yang manis, dengan sang ayah menggendong seorang balita dan sang ibu menggendong seorang bayi. Hati Seomho terasa berdenyut, tanpa aba-aba setitik air mata jatuh begitu saja.
Batinnya rindu dengan sang istri, dan kedua anak kembar yang tak pernah ia tahu bagaimana rupanya. Memikirkan ketiga orang itu, perasaan Seonho selalu kacau.
Tapi di satu sisi, dia tak berniat mencari Hanna mau pun anak mereka yang entah masih hidup atau tidak. Ada banyak ketakutan yang hinggap di pikiran Seonho.
Dia takut, Hanna tak akan bisa menerimanya kembali. Karena Seonho sadar, perlakuannya dulu begitu buruk. Tak bisa percaya pada sang istri, dan justru termakan oleh informasi palsu yang mengatakan bahwa Hanna berselingkuh.
Lelaki itu tersentak, saat air matanya tiba-tiba turun membasahi pipi. Hendak menghapusnya, namun mata itu tak sengaja menangkap sosok seseorang yang tak asing.
Tanpa ragu, Seonho turun dari mobilnya secara tergesa. Dirinya langsung menangkap lengan seorang lelaki yang baru saja keluar dari mini market disana.
"Han Seonho?"
Dia adalah Kim Dowan. Saudara sepupu Won Hanna yang dulu Seonho kira adalah kekasih gelap Hanna. Lelaki yang sejak kecil menetap di Inggris, hinga Seoho tak pernah mengenalnya sebagai saudara sepupu Hanna dulu.
Kedua pria itu mendadak merasa canggung. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Seonho tanyakan. Tentu saja perihal bagaimana keadaan Won Hanna saat ini. Tapi setelah berhadapan dengan pria itu, bibir Seonho terasa kelu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece ✔
FanfictionPuzzle tidak akan pernah utuh jika salah satu hilang. Seperti mereka, yang tak akan bisa menjadi utuh jika terpisah. Mereka adalah Puzzle, yang seharusnya menyatu sejak awal.