1. First Meeting

15K 2.1K 641
                                    

Lisa memang bahagia. Tapi tidak bisa dipungkiri jika dua tahun ini dia harus dihantui oleh rasa takut. Kakaknya adalah penyebab utama ketakutan itu. Di dunia ini, dia hanya memiliki ibu dan kakaknya. Lisa tidak bisa jika harus kehilangan salah satu cahaya di hidupnya.

"Eghh~"

Dini hari ini, Lisa bahkan menahan kantuknya dengan sangat hanya untuk memberikan usapan lembut di kepala sang kakak. Gadis berponi itu baru saja kembali setelah bekerja di menjadi pengantar makanan.

Rasa lelahnya tak berarti apa-apa ketika melihat kakaknya terus meringis kesakitan walau dalam tidur. Entah kapan kakaknya itu sembuh, Lisa ingin sekali hari itu segera tiba.

"Huek~"

Chaeyoung tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan memuntahkan cairan pekat hingga mengenai pakaian Lisa. Dia ingin sekali meminta maaf, tapi sekali lagi darah itu harus keluar dari mulutnya.

"Unnie, kita ke rumah sakit ya?" tanya Lisa dengan mata berkaca-kaca. Kondisi Chaeyoung yang seperti ini memang bukan hal asing untuk Lisa. Tapi tetap saja dia selalu khawatir menghadapinya.

Dulu, Dokter yang menangani Chaeyoung untuk pertama kalinya bilang bahwa gadis berambut cokelat itu bahkan hanya memiliki kesempatan 10% untuk hidup selama satu tahun. Tapi keajaiban terjadi. Chaeyoung berhasil bertahan selama dua tahun, dengan rasa sakit yang terus menggerogoti tubuhnya.

Chaeyoung hanya tidak mau membuat Lisa sedih. Jika dia pergi, entah bagaimana keadaan Lisa nanti. Jadi Chaeyoung berusaha keras untuk terus bertahan demi sang adik. Walau menjadi gadis penyakitan, tak ada yang bisa mengerti Lisa lebih baik darinya.

"Tidak, Sayang. Ini sudah malam," jawab Chaeyoung lemah. Membiarkan adiknya membersihkan darah yang kini mengotori bibirnya.

"Besok pagi?"

Mau tidak mau, Chaeyoung mengangguk pasrah. Tubuhnya begitu tak berdaya lagi hingga dia hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Lisa. Adiknya itu tampak mengambil sebuah piyama dari dalam kemari plastik milik mereka. Lalu kembali menuju ranjang.

Tangannya membantu Chaeyoung untuk bergerak duduk. Menyandarkan tubuh lemas kakaknya pada tubuh kurusnya. Perlahan, dia melepas kaos yang sudah berlumuran darah. Berlanjut memakaikan piyama di tubuh sang kakak.

Lisa memang tumbuh menjadi adik yang dewasa. Terkadang Chaeyoung merasa begitu miris. Seharusnya dia yang mengurus adiknya. Tapi dunia seakan terbalik. Kadang kala, Chaeyoung merasa buruk.

"Tidurlah, Unnie. Aku akan menjagamu."

..........

Pagi-pagi sekali Jennie dan Han Seonho harus rela terduduk di kursi tunggu rumah sakit. Alasannya karena Jisoo harus mendapatkan penanganan karena tergelincir di tangga mansion. Tak parah memang, tapi mereka menduga tulang kaki sulung Han itu retak atau bahkan patah.

"Appa, bukankah kau harus ke kantor? Biar aku yang mengurus Unnie."

Seonho melirik jam tangan mahalnya dengan gusar. Dia memiliki pertemuan penting hari ini. Tapi dia juga tidak mungkin meninggalkan anaknya yang sedang sakit.

"Appa, kami akan mengerti. Pergilah," ujar Jennie lagi. Dia tahu kewajiban ayahnya. Dan dia tak ingin Seonho melanggar kewajibannya sendiri. Lagi pula Jennie masih bisa untuk menjaga Jisoo sendiri karena keadaan kakaknya itu tak terlalu buruk.

"Dengar, Appa akan pergi sebentar. Setelah pertemuannya selesai, Appa akan kembali kesini." Seonho meremas bahu anaknya pelan. Ketika mendapatkan anggukan dari Jennie, Seonho bergerak memberikan kecupan pada dahi Jennie. Lalu benar-benar pergi dari sana.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang