Bintang-bintang di langit malam itu tampak sangat indah ketika di pandang. Malam yang dingin, serta angin yang bertiup menemani keempat gadis itu.
Dua minggu setelah Lisa pulang ke mansion, mereka pergi menuju bukit yang Lisa rekomendasikan. Bukit itu adalah tempat dimana Lisa menerbangkan surat untuk Tuhan. Surat berisi doa yang terkabul sepenuhnya.
Jisoo sedang mendirikan tenda, sedangkan Jennie sibuk menyiapkan kembang api yang akan ia nyalakan. Lisa dan Chaeyoung, tidak diperbolehkan melakukan apa pun. Maka dari itu keduanya memilih duduk dengan Lisa masuk ke dalam dekapan Chaeyoung untuk mencari kehangatan.
"Unnie, apa kau bahagia?" tanya Lisa tiba-tiba, yang memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Tentu. Unnie sangat bahagia. Terlebih bisa memelukmu seperti ini."
Lisa tersenyum tipis. Semakin menenggelamkan wajahnya di dada sang kakak. Malam ini sangat dingin, karena musim belum berganti. Bersyukurnya mereka, karena malam ini hujan tak turun.
"Unnie, jangan pernah membuatku takut lagi ya? Ketika jantungmu berhenti berdetak saat itu, aku sama sekali tidak bisa bernapas. Rasanya sungguh sesak." Lisa berterus terang dengan kejadian beberapa waktu lalu.
Dimana dia merasa dunianya berhenti berputar. Tidak tahu arah hidupnya akan di bawa kemana. Jalannya menjadi gelap dan berduri, ketika Chaeyoung meninggalkannya selama beberapa menit saat itu.
"Kau juga. Jangan pernah membuat Unnie takut lagi. Ketika itu, Unnie merasa setengah nyawa Unnie menghilang." Chaeyoung menunduk, berusaha melihat wajah adiknya.
Rasanya seperti mimpi indah. Dimana mereka kini berhasil melewati rintangan yang diberikan oleh Tuhan. Tak ada lagi ketakutan, tak ada lagi pula kesakitan yang menemani mereka.
Kini hanya ada kebahagiaan, yang berlahan mereka ciptakan bersama-sama. Tanpa kesedihan yang semula selalu memenuhi.
Duar~
Kembang api berwarna-warni kini memenuhi langit itu. Jennie dan Jisoo segera duduk di sisi kedua adik mereka. Bersama memandang indahnya kembang api itu.
"Indah," gumam Chaeyoung dengan mata berbinarnya.
Jisoo yang ada di samping gadis itu merasa puas. Dia sudah memenuhi janjinya pada Chaeyoung, untuk melihat kembang api itu bersama-sama.
"Terima kasih Unnie, karena telah menepati janjimu padaku." Chaeyoung memandang Jisoo. Membuat kakak sulungnya itu memberikan kecupan singkat di dahinya.
"Kau meminta dunia pun, akan aku berikan."
Jennie dan Lisa memutar bola matanya jengah. Mereka merasa ingin muntah karena mendengar bualan Jisoo yang cukup manis, namun memuakkan untuk keduanya.
"Ya! Kenapa wajah kalian seperti itu? Tidak suka?" Jisoo menarik Chaeyoung masuk ke dalam pelukannya. Lalu menatap Lisa dan Jennie tajam.
"Lihatlah, Unnie. Betapa pilih kasihnya kakakmu itu." Lisa berpura-pura mengeluh. Menunjuk Jisoo dengan wajah memelas.
"Pilih kasih apanya? Aku juga sering bersikap manis padamu," gerutu Jisoo yang tak setuju dengan ucapan sang adik bungsu.
"Kau melakukan itu setelah aku sekarat kemarin."
Mendadak, wajah ketiga kakak Lisa berubah drastis. Semuanya tampak kaku, dan Lisa sadar bahwa ia telah salah bicara. Kalimat itu, tentu akan membuka hal menyakitkan yang sudah berusaha mereka lupakan.
"A-Ah! Kau sudah menyiapkan jagungnya, Unnie? Aku akan membakarnya." Dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Lisa bangkit dari ujung bukit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece ✔
FanfictionPuzzle tidak akan pernah utuh jika salah satu hilang. Seperti mereka, yang tak akan bisa menjadi utuh jika terpisah. Mereka adalah Puzzle, yang seharusnya menyatu sejak awal.