8. Closer

10.2K 1.9K 769
                                    

"Aku datang lagi!"

Seruan itu muncul bersama sosok Jennie dengan beberapa bawaannya berisi makanan. Chaeyoung dan Hanna tersenyum menyambut kedatangan Jennie.

"Kau bisa merajut?" Gadis berpipi mandu itu tampak tertarik dengan apa yang sedang Chaeyoung lalukan.

Walau kondisinya masih terlihat lemah, namun tangan Chaeyoung tampak cekatan merajut sesuatu dari sebuah benang berwarna kuning.

"Tidak terlalu mahir. Aku hanya pernah mempelajarinya dulu."

Jennie mengangguk mengerti. Langkahnya semakin mendekat kearah Chaeyoung.
"Apa yang kau buat?"

"Syal. Untuk Lisa. Beberapa bulan lagi musim dingin. Dia pasti membutuhkannya." Chaeyoung menjawab dengan senyuman indah. Gadis itu seakan tak lelah untuk selalu tersenyum.

Jennie yang tak ingin mengganggu Chaeyoung, memilih menghampiri Hanna di sofa. Dia meletakkan paper bag berisi makanan ke atas meja.

"Ahjumma, makanlah."

Hanna mengangguk. Diam-diam melirik ponselnya yang tidak menunjukkan apa pun sedari tadi. Padahal Hanna sangat menunggu kabar dari Lisa.

Biasanya setiap pulang atau berangkat bekerja, Lisa akan mengirimkannya pesan jika dia sedang dalam perjalanan. Tapi sejak pagi tadi, tak ada sama sekali pesan dari sang bungsu. Lisa pasti masih marah.

Hanna juga bertaruh jika Lisa tak akan datang ke rumah sakit. Padahal biasanya sang anak menyempatkan diri sedikit apa pun waktunya.

"Ahjumma, bolehkah aku menginap disini lagi?" tanya Jennie dengan nada ragu.

"Kau tak lelah, Nak? Bagaimana dengan keluargamu? Mereka pasti khawatir." Bukan Hanna melarang Jennie. Dia hanya tak mau anak itu jatuh sakit karena tidur di tempat yang kurang layak.

Sebagus apa pun ruang rawat, tak akan bisa lebih nyaman dari sebuah kamar tidur. Terlebih tadi malam Jennie tidur dengan posisi duduk di kursi yang ada pada samping ranjang Rosé.

"Aku sedang tidak ingin pulang," jawab Jennie lesu.

"Kau ada masalah?" pertanyaan Hanna langsung di angguki Jennie.

Wanita itu tampak memberikan usapan di kepala Jennie dengan senyuman hangat. Seluruh tubuh Jennie seakan merasa hangat. Dia ingin terus merasa seperti itu karena terlalu nyaman.

"Menginaplah disini. Tapi sebuah masalah harus diselesaikan, bukan dihindari. Arraseo?" suara lembut Hanna seakan menghipnotis Jennie hingga dia mengangguk.

"Sepertinya kau mengantuk. Letakkan kepalamu disini." Hanna terlihat menepuk-tepuk pahanya.

"Bolehkah?"

"Tentu saja. Biasanya ketika Lisa atau Chaeyoung sulit tertidur, mereka akan memggunakan pahaku sebagai bantal." Mengatakan itu, Hanna terkekeh sembari menatap Chaeyoung yang tampak fokus pada rajutannya.

Dengan ragu Jennie mulai berbaring di sofa dengan menggunakan paha Hanna sebagai bantalan. Rasanya sangat nyaman, apalagi ketika tangan Hanna mengusap kepalanya lembut. Hingga mata itu terpejam karena kantuk.

..........

Hampir jam dua dini hari, kesibukan tampak di pinggir dermaga itu. Beberapa orang ditugaskan untuk mengangkut ikan ke dalam sebuah mobil box, dan Lisa salah satunya.

Di antara sepuluh pekerja, hanya ada tiga orang wanita. Walau begitu, mereka tak ingin kalah dengan laki-laki. Menghalau rasa lelah dengan sekuat tenaga.

"Kalian bisa istirahat sebentar!" Seruan itu datang saat jam tepat menunjukkan pukul dua dini hari.

Lisa langsung memisahkan diri dari semua orang. Dia duduk seraya merogoh saku hoodie untuk meraih ponselnya. Saat lelah, bukan makan atau minum yang Lisa cari. Melainkan foto sang kakak di ponselnya.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang