22. Disappointed

10.2K 1.8K 414
                                    

Suasana di lorong itu seakan hening baginya. Telinganya terasa tuli, juga bibirnya terasa bisu karena ketakutan yang merayap di hati. Lisa sungguh dilanda perasaan khawatir bukan main, membayangkan tubuh kakaknya yang terbentur dinding dengan amat kuat tadi.

"Lisa."

Gadis berponi itu mendongak ketika namanya terpanggil. Disana, ada sosok Hanna yang tak kalah khawatir. Lisa memang sudah menelepon ibu mereka dan memberitahu kronologi kejadian yang menimpa keduanya.

"Eomma---"

Plak~

Dunia Lisa seperti mendadak berhenti ketika rasa perih mulai menjalar di pipi kirinya. Tamparan itu, adalah yang pertama. Rasa sakit fisik yang seumur hidup tak pernah ia rasakan dari tangan seorang ibu.

"Kau tau, bagaimana riangnya Chaeyoung yang pamit untuk menyusulmu?" suara Hanna terdengar serak. Lisa hanya diam berusaha mendengarkannya.

"Dia bilang, dia tak ingin kau kedinginan karena akan turun salju. Dia berusaha menjagamu walau kondisinya tak baik. Tapi mengapa kau tak melakukan hal yang sama?"

Lisa mengepalkan tangannya erat. Kali ini, dia memang bersalah. Penyebab Chaeyoung dilarikan ke UGD memang karena dia tak bisa menjaga kakaknya dengan baik dari amukan Seungcheol tadi.

"Mian."

Hanna menghembuskan napas kasar mendengar lirihan Lisa. Dia tak ingin kembali menanggapi atau amarahnya akan semakin menjadi. Alhasil dia memilih duduk di kursi tunggu.

Sedangkan Lisa, justru pergi dari sana dengan langkah pelan. Bukan untuk pergi atau menghindar dari amarah ibunya. Tapi dirinya berniat untuk membeli air minum agar ibunya bisa sedikit tenang.

Dia sampai tidak sadar, bahwa pertengkaran itu disaksikan oleh dua pasang mata milik Jisoo dan Jennie yang memang pergi bersama Hanna tadi.

Kedua kakak beradik itu saling pandang, sebelum akhirnya Jennie angkat biacara.
"Aku akan menyusul Lisa. Kau temani Ahjumma."

Jisoo memilih setuju, walau hatinya ingin sekali pergi menyusul Lisa. Tapi ketika sedang berada di saat seperti ini, pasti Jennie akan lebih bisa menenangkan Lisa dibandingkan dirinya. Mengingat dia dan Lisa masih saja kaku satu sama lain sampai sekarang.

Melihat Lisa dan Jennie yang sudah tak terlihat di pandangannya, langkah Jisoo mulai mendekati sosok Hanna. Jujur saja dia merasa kecewa dengan wanita itu karena telah bermain tangan pada Lisa.

Dia tahu alasan Chaeyoung kini berada di UGD, karena nyatanya dia dan Jennie lah yang memang mengantar Hanna ke rumah sakit. Mereka ada di kediaman wanita itu saat Lisa memberi kabar mengenai kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Ahjumma, kenapa kau kasar pada Lisa?"

Mata yang semula diselimuti oleh amarah, kini tampak mendongak dengan wajah yang linglung. Menatap sendu Jisoo yang terlihat sekali begitu kecewa.

"Apakah dia ingin kakak kembarnya ada dalam kondisi seperti ini?" Jisoo tidak pernah merasa sedih seperti sekarang, bahkan ketika dia begitu merindukan ibunya. Tapi kali ini, rasa sedih itu sangat menyiksanya.

Dia sedih akan kondisi Chaeyoung. Dan dia juga sedih ketika Lisa disalahkan padahal itu bukan kesalahannya. Jisoo begitu tak terima. Seakan secara tidak langsung, dia juga yang sedang disakiti.

"Apakah benar jika Lisa tak bisa menjaga Chaeyoung dengan baik selama ini? Lalu katakan padaku, apa yang membuat Chaeyoung hidup sampai sekarang? Apa keringat Lisa selama ini tak berarti apa-apa untukmu?"

Mendadak, napas Hanna menjadi sesak bukan main. Matanya yang bergetar menatap tangan kanannya. Rasa sesal mulai melingkupi perasaannya. Disana, seperti ada kumpulan duri yang menyakitkan.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang