26. Anger

9.3K 1.9K 936
                                    

Pagi-pagi sekali Jisoo dan Jennie kembali ke mansion. Tidak ingin berlama-lama, karena mereka hanya ingin membersihkan diri dan berganti pakaian.

Rencananya hari ini mereka akan me ghabiskan waktu di rumah sewaan Hanna setelah menjemput Chaeyoung pulang.

Ada banyak hal yang ingin mereka lakukan di rumah Hanna. Lisa juga sudah meminta izin untuk libur hari ini. Yang sebenarnya adalah paksaan dari Jennie.

"Kalian ingin pergi lagi?" Suara itu menghentikan langkah Jisoo dan Jennie yang sudah tampak rapih.

"Tidak bisakah kita sarapan bersama untuk hari ini?"

Seonho menatap sendu anak-anaknya. Kedua gadis itu sudah mendapatkan libur semester sejak beberapa minggu lalu. Tapi sekali pun, mereka tak pernah menikmati waktu bersama dengan Seonho.

"Appa, maaf. Kami harus pergi." Jennie berkata dengan rasa tak enak.

Mereka memang harus terburu-buru untuk menjemput Chaeyoung. Karena sebelum pulang, keduanya memang ingin mengurus administrasi terlebih dahulu yang memakan waktu sedikit lama.

Ucapan Jennie hanya mendapat respon berupa anggukan pelan. Melihat itu, Jisoo sungguh tak tega. Baru kali ini Jisoo merasa sudah jahat pada sang ayah, karena membuat lelaki itu bersedih.

"Appa, bagaimana jika ikut kami saja?" Jisoo menawarkan. Sedangkan Jennie mulai berbinar.

Dia tidak pernah terpikirkan oleh hal itu. Seharusnya sedari kemarin dia mengajak sang ayah untuk menjenguk Chaeyoung. Bukankah mereka sudah saling kenal?

"Eoh, Appa. Kami berniat menjemput Chaeyoung di rumah sakit." Jennie menimpali.

"Gadis itu sakit?"

Seonho tidak mengerti. Ada ketidak relaan mendengar bahwa kini Chaeyoung tengah sakit. Mengingat bahwa gadis itu sungguh riang dan murah senyum, membayangkannya jatuh sakit membuat Seonho tidak tenang.

"Hm. Ayo Appa." Jennie mendesak.

Jika saja sang ayah ikut bersama mereka, bukankah Seonho dan Hanna akan bertemu. Bisakah dia berharap jika keduanya menemui kecocokan, hingga Jisoo dan Jennie, serta Chaeyoung dan Lisa bisa menjadi keluarga sungguhan.

Dengan begitu, bukankah Seonho tak akan merasa di abaikan lagi? Mereka akan ada di satu rumah yang sama. Hal yang selalu Jennie dambakan sedari dulu. Sejak dia benar-benar menginginkan Lisa dan Chaeyoung menjadi adiknya.

Dia tidak peduli lagi dengan adik yang nenek dan ayahnya bicarakan satu bulan lalu. Bisa saja apa yang dikatakan Jisoo benar. Bahwa ibunya memang jahat. Dan alasan sang nenek mengusir sang ibu adalah karena kesalahan itu.

"Baiklah. Ayo."

..........

"Unnie, kau yakin ingin pulang?"

Itu adalah pertanyaan yang sama keluar dari mulut Lisa untuk kesekian kalinya. Chaeyoung sampai bosan mendengarnya. Padahal Lisa sudah tahu jawaban pasti Chaeyoung.

Dia paham bahwa kini Lisa cukup khawatir karena sebenarnya dokter belum memperbolehkannya pulang. Tapi mengingat kedepannya dia akan sering berada di rumah sakit untuk pengobatan, Chaeyoung ingin pulang setidaknya merasakan hangatnya rumah sederhana yang mereka sewa.

"Lisa-ya, aku akan baik-baik saja." Chaeyoung menghentikan kegiatannya yang semula sedang memasukkan pakaian ke dalam tas. Beralih menangkupkan wajah kecil sang adik.

"Biarkan kakakmu pulang, Lisa-ya. Setidaknya sebelum dia terkurung disini untuk melakukan pengobatan." Hanna ikut membantu Chaeyoung.

Wanita itu bisa mengerti bagaimana perasaan Chaeyoung. Menjalani pengobatan penyakit kerasnya bukanlah hal mudah. Chaeyoung akan terancam dikurung di rumah sakit karena harus terus mendapatkan pemantauan.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang