5. She's Poor

11.1K 2K 611
                                    

Berkali-kali, Jennie menghembuskan napas takut ketika memasuki mansion megah milik ayahnya. Beruntung bagi Jennie karena masih ada maid yang terbangun. Jika tidak, entah tidur dimana dia malam ini.

Gadis itu sungguh berharap, jika Jisoo maupun sang ayah sudah tertidur lelap hingga tak mendengar bel pintu yang dia bunyikan tadi.

Sekarang, ketika dia sudah berhasil masuk. Jennie yakin jika tak ada yang terjaga. Tentu saja, ini sudah hampir pukul satu dini hari.

"Kau dari mana, Jennie-ya?"

Napas Jennie tercekat. Perkiraannya ternyata salah. Karena saat melewati ruang tengah, lampu disana tiba-tiba menyala dan Jisoo berada di dekat saklar dengan wajah dingin.

Kakaknya itu adalah tipe orang yang tegas. Wajar saja karena selain menjadi seorang kakak, Jisoo juga harus berperan sebagai orang tua jika Seonho tak ada.

"A-Aku tidak sengaja tertidur di rumah teman," bohong Jennie pada kakaknya.

"Kau lupa hari ini jadwal check-up ku? Kau lebih memilih pergi bersama temanmu?"

Mata Jennie mengerjab. Dia sungguh lupa jika seharusnya sore tadi menenani Jisoo melakukan check-up di rumah sakit. Tapi karena ponselnya pun kehabisan daya, dia tak tahu jika Jisoo tengah berusaha menghubunginya.

"Maaf, Unnie." Kepala Jennie menunduk. Dia takut sekali jika sudah melakukan kesalahan pada kakaknya.

Jisoo menghela napas berat. Melangkah mendekat dengan bantuan kruk di lengannya. Lalu memberikan usapan lembut di kepala Jennie. Dia tak boleh membuat adiknya takut.

"Siapa temanmu itu? Dari keluarga mana dia? Pekerjaan ayahnya---"

"Unnie, geumanhae. Jangan selalu memandang seseorang dari tingkat ekonominya." Jennie berkata dengan nada frustasi.

Perubahan sikap kakaknya itu sungguh membuat Jennie kesal. Jika tidak salah ingat, sejak sepuluh tahun lalu Jisoo begitu membenci semua orang dari kalangan bawah.

Tak peduli mereka melakukan kesalahan atau tidak, Jisoo akan memaki mereka dengan tidak berperasaan.

"Jennie..." Wajah Jisoo tampak memerah.

"Kau benar-benar yakin jika Eomma sudah meninggal?"

Dahi Jennie mengerut. Seumur hidup, dia memang tak pernah menanyakan perihal sosok ibu pada Seonho. Karena sedari kecil, nenek mereka sudah memberitahu bahwa ibu mereka sudah meninggal. Dan mengungkit perihal sosok ibu di depan Seonho, akan menyakiti perasaan pria itu.

"Nenek sudah bilang---"

"Sepuluh tahun lalu aku mendengar sesuatu." Dengan cepat Jisoo memotong ucapan sang adik.

Tangan gadis itu mengepal, dan Jennie melihatnya. Tapi mengapa raut wajah kakaknya terlihat marah? Yang mereka bicarakan saat ini adalah sosok ibu. Bukan orang jahat.

"Kau ingin tahu fakta yang sebenarnya? Eomma... Dia tidak meninggal! Dia berselingkuh! Dia adalah wanita miskin yang gila akan harta! Dia murahan---"

Plak~

Dengan napas memburu, Jennie menampar kakaknya begitu keras. Dia tak bisa menahan amarah itu ketika bibir Jisoo dengan enteng memaki ibu mereka sendiri.

"Unnie, kau sadar siapa yang telah kau maki?" Tatapan Jennie menggambarkan betapa marahnya dia. Tak pernah sekali pun di seumur hidupnya, Jennie sangat marah seperti ini.

"Aku sadar! Sangat sadar! Dan kau harusnya ikut tersadar, bahwa orang miskin seperti Eomma tidak lebih dari orang jahat! Mereka iblis, Jennie!"

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang