20. Hug

9.4K 1.8K 415
                                    

Lisa keluar dari toserba dengan tangan membawa dua buah minuman. Kini mereka sudah kembali ke Seoul. Tapi tampaknya hujan belum juga reda.

"Igeo." Lisa memberikan salah satunya kepada Jisoo yang menunggunya di depan toserba.

"Kau bisa pulang terlebih dahulu." Melihat Jisoo mulai meneguk minuman pemberiannya, Lisa kembali bicara.

"Kau tidak ingin ku antar? Rumahmu masih jauh dari sini."

Lisa menggeleng sebagai jawaban. Disinilah nanti dia akan bertemu dengan Jennie. Toserba yang menyediakan sebuah permainan Claw Machine. Dimana saat itu Jennie terus saja memainkannya hanya untuk sebuah boneka monyet berwarna kuning.

"Ada yang harus ku lakukan setelah ini."

Jawaban Lisa cukup membuat Jisoo mengangguk paham.
"Kalau begitu, aku pergi sekarang."

Awalnya Lisa ragu. Tapi akhirnya dia menahan lengan Jisoo untuk pergi. Dia ingin memastikan bahwa gadis itu sudah baik-baik saja. Karena alasan mereka meninggalkan Seoul tadi adalah untuk membuat perasaan Jisoo lebih baik.

"Bagaimana perasaanmu? Apa lebih baik?" tanya Lisa ragu. Tentu saja karena tak banyak yang mereka lakukan di pantai tadi karena hujan.

"Sedikit." Jawaban Jisoo sungguh singkat dan tidak meyakinkan.

Membasahi bibirnya, Lisa bergerak untuk memeluk tubuh Jisoo yang lebih pendek darinya. Membungkus tubuh itu hingga rasa hangat mengalir di dada keduanya.

"Ku harap pelukanku bisa menenangkan hatimu sedikit. Walau sebenarnya aku tak yakin." Setelah pelukan itu terlepas, Lisa bicara.

Jisoo mengangguk kaku. Dia tak tahu harus berkata apa karena bibirnya benar-benar kelu. Memilih terus diam, Jisoo meninggalkan Lisa begitu saja.

Pelukan yang diberikan Lisa memiliki efek aneh untuk dirinya. Dia senang bukan main, dan rasa marah karena kekasihnya pun menguap entah kemana. Seakan pergi tanpa jejak.

Setelah perginya Jisoo beberapa menit lalu, kini mulai datang sebuah mobil sport berwarna biru yang Lisa yakini bahwa kendaraan mahal itu adalah milik Jennie.

Benar saja. Ketika mobil itu berhenti di hadapannya, Jennie keluar dengan membawa sebuah boneka berbentuk monyet. Kening Lisa mengerjit bingung. Bukannya membawa payung untuk melindungi dirinya dari hujan, Jennie justru membawa benda yang tak berguna apa-apa saat ini.

Baru sampai di hadapan Lisa, Jennie langsung mendapat dekapan hangat yang membungkus tubuhnya. Selain itu, dia bisa merasakan bahwa tangan Lisa mengusap punggungnya lembut.

Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu. Hingga akhirnya Lisa merasa dekapannya sudah cukup membuat perasaan Jennie lebih baik, maka dia mulai melepaskan dekapan itu. Walau sesungguhnya Jennie tak rela.

"Aku sudah memberikan apa yang kau inginkan. Merasa lebih baik?" tanya Lisa sembari mengusap sebentar rambut Jennie yang terkena beberapa tetes hujan ketika turun dari mobil tadi.

"Bisakah aku menganggapmu sebagai adikku?" tanya Jennie yang tentu saja tak menjawab pertanyaan Lisa.

Kembali Lisa dibuat kebingungan. Dia tahu perasaan kacau Jennie hari ini bukan karenanya. Tapi kenapa tak sesikit pun Jennie bercerita mengenai masalah gadis itu? Justru hal lain yang tak masuk akal keluar dari bibir Jennie.

"Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sudah ingin memiliki adik sepertimu dan Chaeyoung. Kalian menggemaskan."

Lisa menggeleng pelan. Memeriksa dahi Jennie, takut jika gadis itu demam dan meracau hal yang tidak jelas. Tapi kenyataannya, suhu tubuh gadis berpipi mandu itu normal.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang