Lima

142 24 4
                                    

Langit berjalan sedikit kesusahan masuk kedalam gedung sekolah, dia tadi tidak berangkat dengan motornya langit memilih naik taksi karena ia tak akan sanggup membawa motor dengan kondisinya yang seperti ini bisa bisa malah jatuh dua kali.

"Perlu gue bantu" suara cewek tepat berada disamping Langit.

Cowok itu menoleh tanpa minat dan ia langsung bisa melihat Sea yang menatapnya.
"Ga perlu gue bisa jalan sendiri, jangan sejajar sama gue lo bisa jalan diluan" ketus cowok itu.

Sea yang mendengar penolakkan terang terangan dari Langit padahal niatnya itu hanya ingin menolong langsung menggerutu dalam hati. Rahang Sea mengeras dengan tangannya yang mengepal, kaki Sea dengan langkah besar langsung berjalan meninggalkan Langit.

Sea benci cowok itu!.

"Dorong meja sebelah sana bodo!" Teriak Raya menyuruh Argan mendorong meja yang ingin ia sapu kolong mejanya.

"Is nenek lampir ini udah gue dorong, lagian lo piket napa sih demen banget pagi pagi, menyusahkan diri dan menimbulkan polusi" dumel Argan dengan bibir sewotnya.

Raya langsung mengangkat sapunya hendak melempar sapu ke arah Argan yang sedari tadi mengomentarinya bekerja. Tapi tangan Raya berhenti diatas saat seseorang masuk kedalam kelas. Ya itu Sea dengan derap langkah berdetum dentum.

"Wih Sea pagi pagi udah kayak ibu kos nagih uang kos" goda Argan yang bisa jelas melihat kekesalan diwajah Sea.

Raya menurunkan sapu yang berada ditangannya yang naik ke atas tadi dan beralih memperhatikan Sea.

"Kenapa Se..? Ada masalah..?" Tanya Raya khawatir dan mendekati Sea yang sudah anteng duduk di kursinya.

Sea menggeleng.

"Gapapa kok hehe" balas Sea yang sekarang berubah mimik muka.

Raya menatap Argan dengan Argan yang ikut melihatnya hingga mereka saling liat liattan.

"Oiya btw semalam ada urusan apa Se sampai lo ga bisa gabung bareng kita" tanya Argan.

Sea memutar matanya berusaha mencari alasan yang tepat untuk ia berikan pada kedua temannya ini, Sea juga tak enak karena membatalkan janji secara sepihak semalam.

"Hm, kakak gue minta ditemenin dirumah sakit" sahut Sea asal, Sea ga pinter bohong serius deh.

"Rumah sakit..? Kenapa kakak lo Se..?" Sekarang Raya yang bertanya.

"Hm, ga kok kakak gue kan dokter tapi masih magang sih, semalam dia yang nganter gue tapi tiba tiba ada operasi mendadak terus dia mutar balik ga jadi nganter gue gitu" jelas Sea yang jelas jelas berbohong.

Keduanya mengangguk mengerti, Sea menghela nafas lega.

Langit masuk kedalam kelas dengan langkah tertatihnya, matanya langsung mengedar ke pejuru kelas yang melihat tiga orang berkumpul di satu meja.
Sea yang tahu keberadaan Langit sempat melirik sekilas sebelum akhirnya cewek itu beralih menatap Raya dan Argan yang sedang berbicara lagi.

Langit duduk dikursinya dan langsung mengeluarkan buku latihan soal untuk ia baca dan bahas, kaki Langit terasa ngilu saat ditekuk untuk posisi duduknya yang nyaman.

Langit menghela nafas beberapa saat, hanya bisa meringis saat kakinya ngilu ringissan samar yang hanya Langit yang mendengarnya.

Gedubrak!

Segerombolan lebih tepatnya tiga orang masuk dengan krasak krusuk kedalam kelas Langit. Siapa lagi kalau bukan tiga serangkai sahabat Langit.

Mereka menjadi pusat perhatian penghuni kelas tak terkecuali bagian Raya.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang