13. Meet Again

140 19 13
                                    

Hening menyelimuti suasana makan malam keluarga Langit, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang saling bertabrakan.

Hingga Langit selesai makan dan hendak beranjak pergi, satu suara menghentikannya.

"Ada yang perlu papa bicarakan, duduklah kembali" ujarnya sembari menenggak gelas minumnya.

Langit menatap sang mama sebentar setelah wanita itu mengangguk, Langit memilih kembali duduk di kursinya.

"Kalau papa mau bahas tentang Olimpiade Langit--"

"Kamu jangan mulai bicara Langit, saat saya belum mulai bicara, jaga sopan santun mu" ucapnya memotong perkataan Langit.

Anak lelaki itu hanya diam sembari menyandarkan punggungnya dengan kasar.

"Papa mau kamu ganti tutor" ucapnya langsung pada inti yang ingin ia bahas.

Langit seketika menegakkan kembali posisi duduknya "Kenapa sama tutor Langit pa" protes anak lelaki itu.

"Papa rasa dia tak becus"

"Papa tau apa, selama ini Langit yang belajar bukan papa" ucap Langit masih tak terima.

"Pa, kenapa harus di ganti Naya itu guru yang baik, selama ini Langit ga ada masalah belajar dengan tutornya, karena satu kesalahan bukan berarti Naya ga baik dong pa" Nadia mencoba memberi pengertian pada suaminya.

"Pokoknya harus diganti, secepatnya papa akan cari tutor pengganti!" Ucapnya tetap kekeuh.

"Kalau papa ganti tutor Langit, silakan papa yang belajar sendiri!" Langit kemudian bangkit dan berjalan meninggalkan ruang makan dengan emosi yang membuncah.

"Langit! Kembali kamu, sudah berani kamu ya menentang papa!" Teriak lelaki itu.

"Sudahlah pa" ucap Nadia menghentikan suaminya.

Lelaki parubaya itu menatap istrinya dengan sinis.

"Lihatlah, dia sudah seperti angkasa, sebentar lagi kau akan kehilangan satu putra lagi dari rumah ini!" Bentaknya kasar.

"Apa ini salah ku! Ini karena ibu mu!"

"Kamu menyalahkan ibu ku, kau yang tak becus merawat anak hingga berani menentang ucapan orang tua"

"Ibu mu yang selalu memaksa anak ku ini dah itu sesuai kehendaknya, apa aku lagi lagi yang harus di salahkan hah!"

"Terserah aku sudah muak!" Lelaki itu menghentak meja dan berjalan keluar rumah.

Nadia menangis sesegukkan dengan air mata yang terus bercucuran. Selama ini ia sudah berusaha menjadi ibu dan menantu yang sempurna, tapi semua itu sia sia.

Bahkan satu putranya pergi dari rumah. Dan suaminya malah menyalahkan dirinya.






🌌






Hari ini hari minggu sesuai rencana, keempat orang dengan baju santai tampak berada di sekitaran taman. Sea dan Andin hanya jalan santai sambil tertawa melihat Raya dan Argan saling kejar kejaran.

"Ramai juga ya disini" ucap Sea yang memperhatikan suasana di sekitar taman.

"Biasalah Se, kan weekend" jawab Andin.

"Kita duduk disana aja ya" tunjuk Argan yang melihat spot bagus di bawah pohon rindang.

Sea dan Andin mengangguk dan berjalan menuju tempat yang Argan tunjuk tadi. Raya sudah ada disana dengan menggelar kain putih yang sengaja mereka bawa untuk alas duduk dibawah rerumputan.

"Heeling banget tau ga disini" suara Andin sembari memejamkan matanya.

Argan tersenyum tipis dan mengusap pipi Andin.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang