41. Ily

101 14 18
                                    

Langit bersama ketiga sahabatnya keluar dari gedung sekolah menuju perkiran, tapi saat sudah sampai ke empatnya di buat terbelalak saat melihat keadaan motor Langit yang mengenaskan.

"Apa apaan nih!" Teriak Handra yang menatap sekeliling parkiran, tapi sama sekali tidak ada orang di sana.

"Kurang ujar banget sih!" Narendro terlihat kesal sembari berusaha menghapus coretan yang ada di motor Langit.

"Ngit.." Rendi melirik Langit yang hanya diam sembari menatap motornya, cowok itu terlihat santai saja seperti tidak kesal sama sekali. Padahal mereka sangat tahu Langit ini mudah sekali marah jika barang barangnya di ganggu.

"Ngit lo"

"Udah gapapa, Na ga perlu lo hapus, ga bisa juga kan.." ucap Langit memotong ucapan Handra yang terlihat khawatir.

"Lo gapapa..?" Tanya Narendro.

Langit menggeleng sembari tersenyum tipis di bibir, cowok itu kemudian mengambil helmnya yang juga tercoret coret itu.

"Gue gapapa, ini ga sebanding sama apa yang bokap gue dan nenek gue lakuin, ga masalah.." ucap Langit yang langsung naik ke atas motornya kemudian memakai helm yang berada di tangan.

"Tapi lo ga salah, ga seharusnya lo di perlakukan begini..!" Ucap Narendro tidak terima.

Langit menggeleng.

"Gue anaknya, dulu saat kita ada masalah bukankah orang tua juga ikut terlibat sama masalah yang kita buat kan, jadi ga masalah kalau sekarang gue kena dampak dari perbuatan orang tua gue, udah buru balik.." ucap Langit yang mulai menyalakan mesin motornya.

Mereka segera berjalan ke arah motor masing masing dan menyusul Langit yang berada di depan mereka.

Motor mereka berpisah di persimpangan jalan menuju arah rumah masing masing. Tak beberapa jauh dari persimpangan tadi, Langit melihat toko bunga, dan melihat bunga tulip cantik yang entah mengapa membuat cowok itu menghentikan laju motornya sekarang.

Langit memarkirkan motor itu tepat di depan toko bunga itu.

Matanya tidak lepas memperhatikan bunga tulip cantik berwarna pink itu.

"Permisi ada yang bisa saya bantu..?" Suara seorang wanita parubaya membuat Langit tersentak.

"Hm, saya mau bunga ini.." tunjuk Langit pada bunga yang sedari tadi ia perhatikan itu.

"Oh, baiklah, mau saya bungkuskan..?" Tanya wanita itu tersenyum ramah.

Langit mengangguk dengan senyum cerahnya.

Wanita itu langsung mengambil bunga tulip yang Langit tunjuk dan hendak membawanya ke dalam untuk di bungkus.

"Tunggu.." ucap Langit tiba tiba.

Wanita pemilik toko bunga itu langsung memalingkan wajahnya menghadap Langit "apa anda perlu yang lain..?" Tanyanya.

"Saya mau di bungkus dengan cantik.." ucap Langit sedikit kikuk.

Wanita itu tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya mengerti, segera ia masuk ke dalam dan meninggalkan Langit yang memilih menunggu di luar toko.

Tak beberapa lama Langit menunggu, wanita itu kembali lagi dengan bunga yang sudah ia bungkus rapi dan di masukkan ke dalam kantong dengan rapi.

"Ini bunganya, dan kartu nama sesuai yang anda katakan.." ucapnya sembari menyerahkan bungkusan pada Langit.

"Terima kasih ya mbak.." ucap Langit menerima sembari memberikan wanita itu uang.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang